Tulungagung, LINGKARWILIS.COM – Akibat banyaknya feses manusia atau hewan di air sungai, sejumlah air sungai di wilayah Kabupaten Tulungagung tercemar bakteri E. Coli sehingga berbahaya apabila dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga.
Sesuai data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tulungagung, indeks kualitas air (IKU) berada pada angka 58 poin. Artinya, pencemaran air sungai sudah masuk kategori sedang, termasuk bakteri E. Coli.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tulungagung, Suroso mengatakan, penyebab pencemaran air sungai bukan hanya karena faktor banyaknya feses manusia atau hewan namun juga limbah perusahaan atau industri.
Praktisi Hukum : Perlu Sanksi Berat Agar Pengembang Perumahan di Kota Kediri Tidak Seenaknya
Bahkan, kata Suroso, di beberapa kawasan utamanya di wilayah perkotaan, air sungai sudah menimbulkan bau tidak sedap yang mana warna airnya juga cenderung keruh.
“Sungai mana yang tidak tercemar, seluruhnya sudah tercemar, meski begitu pencemarannya masuk kategori sedang,” kata Suroso, Jumat (27/10/2023).
Terkait pencemaran air sungai ini, ungkap Suroso, pihaknya juga sudah melakukan kajian, yang mana sebagian besar penyumbang pencemaran sungai-sungai disebabkan oleh bakteri E. Coli.
Terlebih lagi, kotoran ternak yang dibuang pada bagian hulu sungai juga menjadi salah satu penyebabnya yang menunjukkan bawha banyak masyarakat yang belum mengetahui dampak yang ditimbulkan imbas dari membuang limbah feses di sungai.
“Air sungai yang tercemar bakteri E. Coli sangat berbahaya apabila digunakan untuk konsumsi kebutuhan rumah tangga,” ujarnya.
“Biarpun air yang tercemar bakteri E. Coli sudah dimasak selama mungkin, bakterinya tetap tidak mati, sehingga akan membahayakan untuk warga yang mengkonsumsinya,” lanjutnya.
Disinggung terkait rehabilitasi sungai yang sudah tercemar, Suroso menyebut jika hal itu nampaknya sulit dilakukan, mengingat soal pencemaran sungai merupakan masalah yang kompleks.
Menurut Suroso, apabila tidak cepat ditangani, pencemaran yang terjadi akan semakin parah polutan yang masuk ke sungai setiap hari terus bertambah.
“Terutama air sungai di wilayah perkotaan, sudah tidak bisa digunakan untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Fenomena ini sebenarnya sudah terjadi sejak dulu,” pungkasnya.***
Reporter : Mochammad Sholeh Sirri
Editor : Hadiyin