LINGKARWILIS.COM – Dua operator perahu tambangan di Sungai Brantas, Desa Rejotangan, Tulungagung, terjebak di atas perahu selama sekitar sembilan jam akibat tingginya volume air sungai. Kenaikan air yang signifikan membuat perahu mereka tidak dapat merapat ke dermaga.
Menurut Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Tulungagung, Gilang Zelakusuma, kejadian tersebut berlangsung pada Kamis (28/11).
Sekitar pukul 14.00 WIB, Ali Muhtar (42) dan Nursahid (64), warga Desa Selokajang, Srengat, Blitar sedang menjalankan tambangan ketika hujan deras dan pembukaan bendungan di Blitar menyebabkan lonjakan volume air. Kondisi ini membuat mereka terdampar di tengah sungai tanpa bisa menepi.
Gilang menyebutkan bahwa kedua operator semula berharap air segera surut, namun situasi tidak berubah hingga malam hari.
Debit Air Sungai Brantas Meningkat, Polisi Intensif Pantau Bendung Gerak Waruturi
Mereka terpaksa bertahan di atas perahu hingga laporan mengenai insiden diterima BPBD Tulungagung sekitar pukul 21.50 WIB. Setelah itu, tim penyelamat langsung menuju lokasi untuk mengevakuasi para korban.
Proses evakuasi, kata Gilang, menggunakan perahu karet untuk menjemput kedua operator. Operasi berlangsung selama satu jam dan selesai pada pukul 23.15 WIB.
Kedua korban ditemukan dalam kondisi lemah akibat kedinginan dan kelaparan setelah terjebak cukup lama. Namun, mereka tidak mengalami luka serius.
Gilang juga menuturkan tantangan evakuasi diperparah oleh arus Sungai Brantas yang deras, tingginya volume air, dan minimnya pencahayaan di malam hari. Meski begitu, kedua operator berhasil dievakuasi dengan selamat, meski dalam kondisi lemas akibat situasi tersebut.