Siti mengatakan, Rp 13 ribu per Kg terbilang tinggi karena harga beras umumnya yaitu kisaran Rp 9000 per kilogramnya. Dia menyebut kenaikan harga beras itu terasa sejak September.
“Sebelum terjadi lonjakan saya beli Rp 5.500 per kilogram,” imbuhnya.
“Saya tidak berani jual terlalu banyak karena punya tanggungan (menyuplai beras) ke pondok pesantren, 1 minggu butuh 7 kuintal,” ujarnya.
Perbandingannya, sebelumnya dia bisa membeli gabah kering dari petani sebanyak 1 ton. Namun dengan adanya harga yang melejit saat ini, dia hanya bisa membeli 1 kuintal. Kondisi itu membuatnya tak lagi bisa memenuhi permintaan toko yang sudah menjadi pelanggan sejak lama.
“Sekarang tidak berani karena tidak ada yang jual gabah. Kalau sudah ada yang mulai tanam padi, baru berani jual banyak,” jelasnya.
Dia menduga harga beras yang melejit itu dipengaruhi oleh musim kemarau panjang yang berpengaruh pada produktivitas pertanian.
“Musim sangat berpengaruh, sehingga tak sedikit petani yang beralih jenis tanaman dari padi ke palawija,” pungkasnya.***