Daerah  

Harga Beras di Trenggalek Tertinggi di Karisidenan Kediri dan Masuk 10 Besar Jatim  

Harga Beras di Trenggalek Tertinggi di Karisidenan Kediri dan Masuk 10 Besar Jatim
Siti Muawanah tengah memeriksa kualitas berasnya. (angga)
Trenggalek, Lingkarwilis.com – Harga beras di Kabupaten Trenggalek meroket hingga menembus harga Rp 13 ribu per Kg. Harga tersebut tercatat sangat tinggi.
“Harga beras sekarang paling tinggi jika dibandingkan harga normalnya,” kata Siti Muawanah, tengkulak beras asal Desa/Kecamatan Pogalan, Rabu (4/10).

Siti mengatakan, Rp 13 ribu per Kg terbilang tinggi karena harga beras umumnya yaitu kisaran Rp 9000 per kilogramnya. Dia menyebut kenaikan harga beras itu terasa sejak September.

Siti beli gabah kering dari petani kisaran Rp 7.800 sampai Rp 8.000 per kilogramnya. Bahkan sebelumnya harganya jauh di bawah itu.

“Sebelum terjadi lonjakan saya beli Rp 5.500 per kilogram,” imbuhnya.

Dengan kondisi itu, dia mengaku kesulitan untuk mendapatkan gabah kering giling. Sebab, kata dia, stok milik petani saat ini juga menipis sehingga lebih cenderung di konsumsi pribadi atau dikomersialkan secara insidental. Karena sulitnya mencari gabah, dia harus mengatur stok beras di gudang agar tetap operasional.

“Saya tidak berani jual terlalu banyak karena punya tanggungan (menyuplai beras) ke pondok pesantren, 1 minggu butuh 7 kuintal,” ujarnya.

Perbandingannya, sebelumnya dia bisa membeli gabah kering dari petani sebanyak 1 ton. Namun dengan adanya harga yang melejit saat ini, dia hanya bisa membeli 1 kuintal. Kondisi itu membuatnya tak lagi bisa memenuhi permintaan toko yang sudah menjadi pelanggan sejak lama.

“Sekarang tidak berani karena tidak ada yang jual gabah. Kalau sudah ada yang mulai tanam padi, baru berani jual banyak,” jelasnya.

Dia menduga harga beras yang melejit itu dipengaruhi oleh musim kemarau panjang yang berpengaruh pada produktivitas pertanian.

Juga karena dipengaruhi dampak fenomena El Nino yang membuat musim kemarau lebih panjang sehingga berdampak terhadap produksi beras.

“Musim sangat berpengaruh, sehingga tak sedikit petani yang beralih jenis tanaman dari padi ke palawija,” pungkasnya.***

Reporter : Angga
Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *