Daerah  

Harga Gabah dan Beras di Kabupaten Kediri Tak Terkendali,  Jenis Bramo Sampai Rp 14 Ribu Per Kilogram

Harga Gabah dan Beras di Kabupaten Kediri Tak Terkendali, Jenis Bramo Sampai Rp 14 Ribu Per Kilogram
Salah satu pedagang beras jenis Bramo ketika memasok pada salah satu toko di Desa Plosorejo, Kecamatan Gampengrejo.doc
Kediri, Lingkarwilis.com – Harga gabah dan harga beras naik tajam di Kabupaten Kediri. Harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan harga eceran tertinggi (HET) beras yang ditetapkan pemerintah Maret lalu sepertinya tidak berlaku.

Harga gabah kering giling saat ini, utamanya di Kabupaten Kediri tembus antara Rp 7.200 hingga menyentuh Rp 7.300 perkiligramnya.

Ini untuk gabah medium, seperti jenis 64 dan sejajarannya. Sementara untuk jenis premium, seperti Bramo dan sejenis sudah tembus Rp 8.000 perkilogramnya.

Harga beras saat ini di Kabupaten Kediri, jenis 64 sudah tembus Rp 12.000 perkilogram pada sejak Kamis (31/8/2023). Ini masih di tingkat selep atau penggilingan padi.

Kalau di toko kelontong atau pracangan paling murah Rp 12.500 perkilogram. Mengambil untung Rp 500. Ada juga yang menjual hingga Rp 13.000 per kilogram.

Sedangkan beras jenis Bramo dari tingkat penggilingan atau seleb paling rendah Rp 12.500 perkilogram.

Kemudian di toko kelontong atau pracangan bisa tembus antara Rp 13.500 hingga Rp 14.000 perkilogram, HET tak mengejar.

Agung, salah satu pengelola penggilingan yang juga berbisnis beras, mengatakan jika saat ini harga beras jenis 64 Rp 12.000 bunder. “Artinya, tidak ada tawar menawar lagi,” katanya.

Dia pun akhirnya bercerita bahwa harga gabah saat ini tidak terkendali. Gabah kering di sawah saat ini sudah antara Rp 6.200 hingga Rp 6.300 perkilogramnya.

“Kalau sudah dikeringkan atau kering giling seperti ini, harganya sudah tembus Rp 7.200 perkilogram. Kami juga terpaksa mengikuti agar tidak rugi,” katanya sambil menjalankan mesin selep.

Sementara itu pedagang beras Suratemin, mengatakan jika sudah hampir satu bulan tidak mendapatkan gabah jenis 64, baik di sawah maupun di rumah petani.

Padahal beras jenis 64 lebih banyak dicari masyarakat. Selain faktor murah, jika dibandingkan Bramo, beras 64 juga lebih pas jika dimakan dengan sayur berkuah.

Sulitnya mendapat beras 64, kata dia, juga karena memang tidak ada panen saat ini. Petani yang menyimpan juga jarang. Kebanyakan mereka menjual di sawah, karena tidak repot.

Kemudian untuk gabah jenis Bramo, dua minggu kemarin masih bisa menggiling hingga satu ton. Pembelinya sudah datang sendiri ke tempat penggilingan pagi.

“Saya tidak repot mengirim seperti biasanya, baik di wilayah Kabupaten Kediri maupun ke Kota Kediri. Dan beras juga langsung habis ” ujar dia.

Tapi untuk minggu ini, dia sudah tidak berhubungan lagi dengan beras, karena sulitnya mendapatkan gabah. Meski harganya tinggi hingga Rp 7.200 perkilogram tapi gabahnya tidak ada,” tambah dia.

Panen diperkirakan paling awal baru akhir September atau Oktober nanti. Jadi, kemungkinan harga gabah dan beras terus naik, masih bisa terjadi.

Ketika dilontarkan pertanyaan bahwa saat ini pemerintah sedang gencar menyalurkan bantuan dan operasi pasar (OP)?, pedagang beras ini hanya tertawa.

“Gak enek hubungane…! (tidak ada hubungannya…!). Meski pemerintah gembar-gembor operasi pasar diserbu pembeli ibu-ibu atau emak-emak, harga beras kan tidak turun?,” jawabnya.

Termasuk pernyataan pemerintah dan Bulog bahwa di Kabupaten Kediri stok beras aman hingga tiga bulan kedepan, tidak berpengaruh terhadap naiknya harga beras saat ini.

“Stok boleh aman tapi harga beras tidak turun. Ya… buktinya saat ini, harga beras 64 dan Bramo terus membubung. Entah sampai kapan,” kata pedagang beras ini, Jumat (1/9/2023).

Sekadar diketahui, seperti dilansir www.setkab.go.id, pemerintah secara resmi menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp 5.000 per kilogram dari HPP semula Rp 4.200 per kilogram.

Kenaikan itu diumumkan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau NFA, Arief Prasetyo Adi, Rabu (15/03/2023), siang, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, usai mengikuti rapat terbatas (ratas) yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

“Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp 5.000, Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat penggilingan Rp 5.100, Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan Rp 6.200, Gabah Kering Giling (GKG) di gudang Perum Bulog Rp 6.300,” kata Arief.***

Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *