LINGKARWILIS.COM – Mungkin masih belum banyak yang tahu, jika selain berjuluk sebagai Kota Hujan, Bogor juga dijuluki sebagai Kota Petir.
Apakah alasan di balik Bogor mendapat julukan Kota Petir ini masih berkaitan dengan julukan Kota Hujan?
Melansir dari laman National Geographic dan Guinnes World of Record tahun 2019, disebut Kota Petir karena wilayah Bogor dikenal dengan intensitas petir terbanyak.
Kombinasi curah hujan yang tinggi dan frekuensi petir yang sering terjadi menjadikan Bogor sebagai salah satu kota dengan aktivitas petir terbanyak di dunia.
Kenapa Gunung Api Meletus Disertai Petir yang Menyambar?
Diketahui, petir adalah salah satu bagian dari badai guruh (thunderstorm) yang muncul sebagai kilatan di dalam awan cumulonimbus.
Awan cumulonimbus terbentuk akibat gerakan konvektif, yaitu ketika udara lembab naik ke atas karena gaya apung.
Dalam proses tersebut, udara lembab mengalami pendinginan sehingga uap air di dalamnya berubah menjadi awan.
Kumpulan awan konvektif ini kemudian bergabung dan membentuk awan cumulonimbus, yang menjadi penyebab utama terjadinya badai guruh.
Namun, gerakan konvektif ini tidak terjadi secara spontan, melainkan membutuhkan pengaruh eksternal atau forcing.
Resep Kue Jahe Khas Natal yang Simple dan Praktis, Anti Gagal!
Forcing tersebut meliputi turbulensi, pengaruh topografi, pemanasan permukaan yang tidak merata, keberadaan pegunungan besar, dan konvergensi skala besar di permukaan.
Salah satu faktor tersebut berinteraksi dengan variasi angin vertikal (vertical wind shear), memungkinkan awan cumulonimbus berkembang menjadi badai guruh.
Sonni juga menerangkan bahwa petir terjadi akibat pemisahan muatan listrik dalam awan cumulonimbus, yang menciptakan ketidakseimbangan distribusi muatan listrik.
Ketidakseimbangan ini memicu loncatan listrik atau petir untuk menyeimbangkan muatan tersebut.
Mengenai fenomena petir di kota ini, ia menjelaskan bahwa muatan listrik dalam awan cumulonimbus disebabkan oleh kandungan senyawa elektrolit dalam tetesan air (droplet).
Hujan Deras Dua Jam, Dusun Putat Banyakan Tergenang Banjir
Ketika tetesan ini bertumbukan, terjadi pemisahan muatan listrik. Senyawa elektrolit tersebut berasal dari aerosol terlarut, seperti garam dan senyawa polutan.
Kombinasi efek turbulensi, perbedaan pemanasan permukaan, topografi, pegunungan besar, konvergensi skala besar, wind shear, serta keberadaan polutan membuat frekuensi petir di Bogor sangat tinggi.
Dalam situasi tersebut juga terjadi aktivitas sunspot, yakni bintik hitam di permukaan matahari, dapat mempengaruhi aktivitas petir di awan cumulonimbus. Meski demikian, aktivitas sunspot ini memiliki siklus 11 tahunan.
Fenomena petir di Bogor masih belum dikaji secara mendalam, sehingga menjadi peluang besar bagi mahasiswa atau pihak terkait melakukan penelitian lebih lanjut.
Penulis: Rafika Pungki Wilujeng
Editor: Shadinta Aulia Sanjaya