Daerah  

Kota Kediri, Daerahnya Kecil, Hanya Tiga Kecamatan, Tapi Punya Banyak Wisata Religi, Ada Nilai Sejarah dan Agama yang Kental, Ini Infonya

Kota Kediri, Daerahnya Kecil, Hanya Tiga Kecamatan, Tapi Punya Banyak Wisata Religi, Ada Nilai Sejarah dan Agama yang Kental
Gereja Merah, Salah Satu Wisata Religi di Kota Kediri
Kediri, Lingkarwilis.com – Kota Kediri merupakan sebuah daerah yang relatif kecil namun bukan hanya memiliki destinasi wisata alam maupun wisata buatan, tetap juga punya tempat wisata religi yang bernilai sejarah dan agama.
Di Kota Kediri, ada beberapa wisata religi yang dikenal sakral dan memiliki nilai agama dan sejarah. Jika pengunjung berada di tempat tersebut dipastikan bisa menenangkan hati dan mendekatkan pada tuhan.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini wisata religi yang direkomendasikan di Kota Kediri :

1. Masjid Agung Kota Kediri

Masjid Agung Kota Kedir pertama kali dibangun pada tahun 1771. Kemudian dibangun kembali pada tahun 1928. Usia bangunan ini yang sudah lebih dari 200 tahun menjadikannya sebagai destinasi wisata religi.

Letak masjid ini cukup strategis tepat di jantung Kota Kediri atau sebelah barat Alun-alun Kota Kediri. Jadi sangat mudah untuk sampai kesana karena berada di jalan raya. Salah satu keistimewaannya adalah masjid ini dibangun di tepi Sungai Brantas.

2. Menara Asmaul Husna

Menara Asmaul Husna merupakan salah satu menara masjid tertinggi di Indonesia. Tingginya 99 meter, dan kubah berlapis emas berbobot 60 kg. Ketinggian 99 meter ini sesuai dengan 99 Asmaul Husna. Bentuk bangunan menara dibuat menyerupai bangunan menara Masjidil Haram Mekkah.

Menara ini terletak di Pondok Pesantren Wali Barokah Desa Burengan Kota Kediri. Menara ini terdiri dari 23 lantai dan 464 anak tangga. Menara ini dibangun sejak tahun 2000 dan selesai pada tahun 2003.

Gedung baru tersebut diresmikan oleh Jusuf Kalla pada tahun 2009. Jika ingin melihat seluruh kota Kedir, Anda hanya perlu menaiki menara ini. Seluruh penjuru kota Kedir bisa dilihat dari atas menara.

3. Makam Mbah Wasil

Makam Syeh Sulaiman Syamsudin al-Wasil atau mbah Wasil merupakan salah satu tempat wisata religi yang terkenal di kota Kedir. Peziarah yang datang ke tempat ini tidak hanya berasal dari kota Kediri, tetapi juga dari kota-kota lainnya. Bahkan ada yang datang dari luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Makam Mbah Wasil terletak di pusat kota dekat Jalan Dhoho, Kota Kediri. Tempatnya sangat dekat dengan stasiun kereta Kota Kediri. Makam Mbah Wasil terletak di kompleks Masjid Setono Gedong. Saat memasuki tempat ini, Anda akan melewati gerbang kecil dan tembok tebal.

Konon ini adalah pintu gerbang candi. Saat ini, pemerintah telah menetapkan Setono Gedong sebagai situs cagar budaya.

Setono Gedong awalnya merupakan tempat pemujaan umat Buddha pada masa kerajaan Kediri. Hal ini terbantu dengan adanya tempat patung. Kemungkinan Mbah Wasil datang ke Kediri pada masa pemerintahan kerajaan Sri Aji Joyoboyo pada abad ke-10 atau ke-11 Masehi.

Syekh Wasil Syamsudin dikenal masyarakat dari Istanbul, Turki. Masyarakat memberi gelar Pangeran Mekkah. Dipanggil mbah Wasil karena Syeh Syamsudin sering memberi petuah atau wasilah.

Selain makam Mbah Wasil, wisata religi Gedong Setono juga menghadirkan makam tokoh-tokoh besar lainnya, antara lain makam Wali Akba, Pangeran Sumende, Sunan Bagus, Sunan Bakul Kabul, Kembang Sosronegoro, Mbah Fatimah dan Amangkurat.

4. Gereja Merah

Gereja Merah adalah bangunan kolonial Belanda. Terletak di Jalan KDP Slamet Kota Kediri.

Gereja Merah Immanuel atau Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) juga memiliki sebuah Alkitab tua dari tahun 1867. Gereja bercat merah ini sangat kental dengan arsitektur bangunan Eropa. Gereja ini juga menjadi kawasan cagar budaya Kota Kediri.

Awalnya, saat dibangun pada 21 Desember 1904, gereja ini berwarna putih. Namun, pada tahun 1969 warnanya diubah menjadi merah dan tetap demikian hingga saat ini. Gereja ini merupakan gereja tertua di Kota Kediri. Di sinilah pemerintah Hindia Belanda mengajarkan agama Protestan di Kediri.

Gereja ini mempertahankan semua perabotan indah seperti aslinya dibangun. Di bawahnya terdapat jendela, mimbar, dan tangga yang semuanya masih sangat etnik dan kuno.

Alkitab Belanda kuno, yang ditulis pada bulan September 1867, saat ini disimpan dengan rapi di dalam kotak kaca sebagai warisan budaya. Selain gereja merah, ada empat bangunan terdaftar lainnya di kawasan tersebut.

Di sebelah selatan gereja adalah rumah tua kolonel (Purn) Soerachmad. Kolonel (Purn) Soerachmad tercatat sebagai komandan brigade S (Soerachmat) di Kediri dan pelopor berdirinya komando militer Indonesia.

Di sebelah rumah tua itu adalah Wisma Polres Kediri Kota, yang juga diduga kuat sebagai cagar budaya. Bersamaan dengan itu, 10 meter dari rumah berdiri kantor polisi Kota Kediri, yang juga merupakan cagar budaya.***

Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *