LINGKARWILIS,COM – Kota Blitar atau yang dijuluki sebagai Kota Proklamator dan Kota Patira ini, juga disebut sebagai Kota PETA (Pembela Tanah AIr).
Kota Blitar disebut sebagai Kota PETA karena sebelumnya melakukan pemberontakan besar-besaran terhadap pemerintahan Jepang pada 14 Februari 1945 yang dipimpin Soepriyadi.
Didirikan pada sekitar abad ke-15 Masehi, Blitar awalnya adalah hutan belantara yang menjadi medan pertempuran melawan pasukan Tartar Mongolia.
Dibalik pengelolaan tugas ini, seorang tokoh bernama Nila Suwarna atau Gusti Sudomo, anak Adipati Wilatikta Tuban, muncul sebagai pahlawan.
Kenapa Dinamakan Blitar?
Blitar sebelumnya dikenal sebagai Tumapel, mendapatkan namanya melalui peristiwa penting dalam sejarahnya.
Setelah berhasil mengusir pasukan Tartar, Nila Suwarna atau Aryo Blitar I diberikan hadiah oleh Kerajaan Majapahit untuk mengelola hutan Selatan, tempat pasukan Tartar bersembunyi. Nama “Blitar” sendiri diambil dari kata “Bali” dan “Tar-Tar,” sebagai pengingat akan keberhasilan Aryo Blitar satu menaklukkan hutan tersebut.
Perkembangan di Bawah Pemerintahan Aryo Blitar I
Aryo Blitar I memerintah dengan bijak di bawah Kerajaan Majapahit, tetapi kepemimpinannya tidak lepas dari konflik internal.
Pemberontakan oleh Ki Sengguruh, yang akhirnya merebut kekuasaan, menjadi salah satu episod gelap dalam sejarah Blitar.
Pemberontakan PETA dan Kemerdekaan
Periode pendudukan Belanda membawa penderitaan bagi Blitar. Namun, pada 14 Februari 1945, terjadi peristiwa luar biasa yakti pemberontakan PETA di Blitar.
Dipimpin oleh Sutomo, peristiwa ini meski singkat namun meninggalkan jejak penting dalam perjuangan kemerdekaan. Sang Saka Merah Putih berkibar pertama kali di Blitar setelah peristiwa tersebut.
Menyongsong Kemerdekaan dan Pembentukan Kota Blitar
Pasca-kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, rakyat Blitar dengan gembira menyambut kebebasan yang telah lama dinanti.
Pada tahun 1965, pemerintah kolonial Belanda membentuk gemeente Blitar, yang kemudian dikukuhkan sebagai Kota Blitar.
Lambang Kota Blitar menggambarkan Gunung Kelud dan Candi Penataran, mengikuti identitas sejarahnya.
Kisah sejarah Blitar mencerminkan perjalanan panjang dari hutan perang hingga perlawanan dan kemerdekaan.
Monumen Potlot sebagai saksi sejarah dan berdirinya Kota Blitar mengingatkan kita pada perjuangan dan identitas yang kokoh.
Editor: Shadinta Aulia Sanjaya