Kediri, LINGKARWILIS.COM – Kota Kediri, yang dikenal dengan julukan “Kota Tahu,” memiliki daya tarik lain bagi para pencari ketenangan batin, khususnya melalui wisata religi. Salah satu destinasi religius yang populer di Kediri adalah Makam Seteno Gedong. Tempat ziarah ini menawarkan nuansa spiritual yang kental dan suasana yang menenangkan.
Pengunjung yang datang ke Seteno Gedong akan disambut oleh sebuah masjid megah dan modern. Desain masjid ini menggabungkan ornamen lingkaran kecil yang membentuk dinding dengan celah-celah artistik, memberikan sentuhan arsitektur yang unik. Selain itu, fasilitas seperti kamar mandi dan ruang informasi juga tersedia, memudahkan pengunjung selama berada di area tersebut.
Hanya beberapa langkah ke arah barat dari masjid, terdapat Pendopo Seteno Gedong, bangunan seluas 30 meter persegi yang memadukan elemen arsitektur tradisional dan modern. Terbuat dari beton yang dilapisi kayu, pendopo ini menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat atau mengadakan kegiatan kecil.
Baca juga : BPBD Kabupaten Kediri Imbau Warga Waspada Kebencanaan di Musim Peralihan
Salah satu daya tarik utama di Seteno Gedong adalah sumur tiban, yang dipercaya dibuat oleh Syekh Wasil. Banyak peziarah yang meminum air dari sumur ini dengan harapan mendapatkan berkah.
Di dekat sumur tersebut, terdapat makam Syekh al-Wasil Syamsudin, yang menjadi pusat kegiatan ziarah. Makam ini dihiasi dengan ornamen kayu yang artistik, memberikan suasana khusyuk bagi para peziarah.
Selain fasilitas religi, area sekitar makam juga dipenuhi oleh pedagang yang menjual beragam kuliner, mulai dari nasi goreng, tahu lontong, hingga makanan ringan. Ini membuat pengunjung lebih mudah bersantai setelah berziarah.
Rutinitas dan Pengelolaan di Makam Seteno Gedong
Makam Seteno Gedong selalu ramai pengunjung. Hari-hari tertentu, seperti Rabu dan Kamis, tempat ini dipadati oleh kegiatan Semaan Dzikrul Ghofilin, acara membaca Al-Qur’an bersama. Pada hari Jumat, pengunjung datang untuk salat Jumat dan berziarah. Akhir pekan, banyak keluarga dari luar kota seperti Tasikmalaya, Yogyakarta, dan Nganjuk, yang berlibur di sini.
Bu Neng, salah satu penjaga makam menuturkan, Makam Setonogedong tidak pernah sepi.
“Walaupun terkadang hanya satu atau dua orang, semakin siang semakin ramai.” ucapnya.
Pada bulan Maulid, peziarah dari berbagai kota datang berbondong-bondong menggunakan bus. Beberapa peziarah bahkan memilih untuk menginap, dengan syarat menunjukkan KTP dan membatasi masa tinggal hingga satu minggu.
Pengelolaan Seteno Gedong berjalan hati-hati, dengan dukungan dari pemerintah kota. Biaya sehari-hari bergantung pada sodaqoh dari peziarah.
Tokoh Berpengaruh dan Pengalaman Peziarah di Makam Seteno Gedong
Seteno Gedong menyimpan banyak kisah spiritual. Makam-makam bersejarah di tempat ini, seperti makam Sunan Penanggung dan Sunan Bagos, menjadi daya tarik bagi para peziarah. Bu Neng mengatakan bahwa beberapa makam di Seteno Gedong memiliki ciri khas unik, seperti bentuk miring atau nisan yang tinggi, yang menandakan status tokoh penting yang dimakamkan di sana.
Bagi peziarah seperti Bu Surasih dari Kertosono, ziarah ke Seteno Gedong memberikan ketenangan batin.
“Alhamdulillah, setiap kali datang ke sini, saya merasa lebih tenang,” ujarnya.
Mas Andri dari Trenggalek, yang berkunjung bersama rombongan SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Kediri, juga berbagi pengalamannya. Dia membawa peserta didiknya untuk mengenalkan pentingnya tradisi ziarah dalam Islam.
“Tujuan ke sini pertama untuk ziarah makam, kedua untuk wisata religi dan mengenalkan anak-anak pada pentingnya ziarah makam bagi umat Islam,” jelasnya.***
Penulis : Sokhikhul Fahmi Al Qoyyid dan Aswad Ad Duali
Editor : Hadiyin