LINGKARWILIS.COM – Dalam perjuangan meraih kemerdekaan, tidak hanya kaum pria yang berjuang melawan penjajah yang menguasai Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki beberapa Pahlawan Nasional perempuan yang namanya harum hingga kini, salah satunya Martha Christina Tiahahu.
Martha Christina Tiahahu merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang menjadi srikandi kebanggan Indonesia.
Melansir dalam laman Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Martha Christina Tiahahu lahir sekitar tahun 1800 di Nusa Laut, Kepulauan Maluku.
Pada tanggal 20 Mei 1969, ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional berkat keberaniannya melawan penjajah Belanda pada tahun 1816.
Kumpulan Link Twibbon Hari Pahlawan 2024 Terbaru dengan Desain Unik dan Menarik, Gratis Loh!
Perjuangan Martha Christina Tiahahu
Ia menarik perhatian karena bergabung dengan pasukan Thomas Matulessy (Pattimura) dalam pertempuran di Maluku saat masih sangat muda, sekitar 16 atau 17 tahun.
Martha adalah putri Kapitan Paulus Tiahahu, pemimpin perlawanan di Nusa Laut, dan Sina, keturunan kapitan besar Loloho Warlau dari Titawasi.
Darah kapitan mengalir dari pihak ayah dan ibunya, yang menurunkan keberanian dalam menghadapi musuh, baik di Nusa Laut maupun Saparua.
Intip Sejarah Hari Pahlawan 10 November, Peristiwa Berdarah dan Bersejarah yang Terjadi di Surabaya
Perlawanannya bermula ketika ia mendengar surat perintah Pattimura yang mengajak para Kapitan di Nusa Laut untuk bergabung dalam perjuangan melawan Belanda.
Saat ayahnya bersiap menuju pertemuan di Saparua pada 14 Mei 1917, Martha meminta untuk ikut serta.
Meski sempat ditolak tiga kali karena dianggap berbahaya, akhirnya permintaannya dikabulkan.
Dalam pertemuan di Saparua, ayahnya menyatakan sikapnya menentang penjajah dan meminta agar Martha diizinkan mendampinginya di medan tempur.
Pattimura menyetujui permintaan tersebut, sehingga Martha bergabung sebagai pejuang.
Di mana pun ayahnya berada, di situ pula Martha bertempur dengan tombak dan parang, dengan rambut hitam terurai sebagai simbol ketangguhan.
Sejarah dan Makna Perayaan Diwali, Simak Yuk!
Dalam perlawanan melawan Belanda, Thomas Matulessy menunjuk Paulus Tiahahu sebagai kapitan Nusa Laut, didampingi Martha dan pejuang lainnya seperti Kapitan Abubu dan Hehanussa Raja Titawaai.
Mereka berhasil merebut Benteng Beverwijk di Sila-Leinitu, dan keberanian Martha dalam pertempuran tersebut mendapat pujian dari seorang penulis Belanda.
Selain bertempur, ia juga memotivasi kaum wanita untuk turut mendukung perjuangan melawan penjajah.
Ketika pasukan kekurangan peluru di pertempuran Ulat dan Ouw, ia bahkan menggunakan batu untuk menyerang musuh.
Meskipun ayahnya mengendalikan keberaniannya, pertempuran tersebut menjadi perlawanan besar, hingga komandan Belanda, Mayor Mayer, tewas.
Arti Trick or Treat yang Selalu Ada di Momen Halloween, Yuk Simak Sejarah dari Tradisi Ini!
Namun, serangan gencar yang dilakukan Belanda akhirnya membuat pasukan rakyat kehabisan peluru, dan pertahanan terakhir di Lease pun jatuh.
Para pemimpin seperti Pattimura, Paulus Tiahahu, Martha, dan lainnya ditangkap oleh penjajah.
Sebagian dijatuhi hukuman mati atau dibuang ke Jawa untuk kerja paksa, sementara Martha dibebaskan karena usianya masih muda.
Meski begitu, Belanda menangkapnya kembali karena pengaruhnya di kalangan rakyat, dan ia dikirim bersama tahanan lain untuk melakukan kerja paksa.
Dalam perjalanan ke Jawa, Martha menolak makan hingga jatuh sakit dan meninggal pada 2 Januari 1918.
Jenazah Marta Christina Tiahahu yang juga dikenal sebagai “Mutiara Nusa Laut,” kemudian dilarung ke Laut Banda.
Penulis: Rafika Pungki WIlujeng
Editor: Shadinta Aulia Sanjaya