LINGKARWILIS.COM – Peristiwa Rengasdengklok dan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 merupakan dua momen penting yang tak terpisahkan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Pada tanggal 16 Agustus 1945, sekelompok pemuda, termasuk Sukarni, Chairul Saleh, dan Wikana, mengambil tindakan tegas dengan membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Mereka mendesak agar proklamasi kemerdekaan segera diumumkan, mengingat situasi genting pasca menyerahnya Jepang kepada Sekutu.
Peristiwa Rengasdengklok menandai titik balik yang krusial, karena hanya sehari setelahnya, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Timur pada pukul 10.00 WIB, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Dari peristiwa Rengasdengklok membawa babak baru dalam sejarah Indonesia dimulai menandai berakhirnya penjajahan dan lahirnya sebuah negara merdeka.
1. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah salah satu momen krusial dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 16 Agustus 1945, sekelompok pemuda nasionalis mengambil langkah berani dengan membawa dua tokoh penting Soekarno dan Mohammad Hatta, ke Rengasdengklok, sebuah kota kecil di Karawang, Jawa Barat.
Peristiwa Rengasdengklok didorong oleh keinginan mendesak para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang.
Padahal, pada saat itu Jepang telah menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia melalui PPKI, dimana Soekarno juga termasuk di dalamnya.
Meski demikian, para pemuda menganggap PPKI merupakan bentukan Jepang dan apabila mengikuti itu, Indonesia tidak merdeka secara mandiri dan akan berada di bawah bayang-bayang Jepang.
1.1 Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok ini bermula pada pertengahan Agustus 1945, Jepang yang sedang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II akhirnya menyerah kepada Sekutu.
Menyadari bahwa situasi ini menciptakan peluang emas untuk memproklamasikan kemerdekaan, para pemuda Indonesia merasa tidak boleh menunda lagi.
Kelompok pemuda juga menyadari, kekalahan Jepang atas sekutu membuat persiapan kemerdekaan Indonesia yang dilakukan melalui PPKI yang merupakan bentukan Jepang menjadi tidak relavan.
Namun, para pemimpin saat itu seperti Soekarno dan Hatta masih menunggu kepastian dan dukungan dari pihak Jepang untuk menghindari kemungkinan bentrokan dengan pasukan Jepang yang masih ada di Indonesia.
Sehingga memunculkan perbedaan pendapat antara golongan tua yang ingin membahas kemerdekaan melalui PPKI dan golongan muda yang mendesak proklamasi kemerdekaan segera dilakukan tanpa melibatkan PPKI.
Baca Juga: Menelusuri Sejarah Kota Blitar yang Berawal Dari Hutan Belantara, Hingga Pemberontakan Luar Biasa
1.2 Kronologi Peristiwa Rengasdengklok
Pada malam tanggal 15 Agustus 1945, kelompok pemuda yang terdiri dari Sukarni, Chairul Saleh, Wikana, dan pemuda lainnya, memutuskan untuk mengambil tindakan tegas.
Golongan muda menemui Sukarno dan Hatta sebagai pemimpin golongan tua. Sukarno dan Hatta masih ragu dan menginginkan agar proklamasi dibicarakan oleh PPKI terlebih dahulu.
Diskusi ini memanas, hingga golongan muda memaksa Sukarno untuk mengikuti keinginan mereka, atau mereka akan bertindak sendiri.
Saaat itu, Sukarno marah kepada golongan muda, yang kemudian memutuskan untuk mengamankan Sukarno dan Hatta agar tidak terpengaruh oleh Jepang untuk menunda proklamasi.
Mereka merencanakan untuk membawa Soekarno dan Hatta ke tempat yang jauh dari pengaruh Jepang agar bisa lebih leluasa mengambil keputusan tanpa tekanan yang di kemudian hari disebut dengan peristiwa Rengasdengklok.
Baca Juga: Sejarah Singkat Kerajaan Singasari di Tanah Jawa, Perjalanan Terpanjang Terbentuknya Nusantara
Melansir dari laman Ensiklopedia Sejarah Indonesia Kemendikbud, Pada dini hari tanggal 16 Agustus, kelompok pemuda tersebut berhasil membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Markas PETA.
Mereka berdalih untuk melindungi Sukarno dan Hatta dari kemungkinan konflik antara PETA dan sisa-sisa tentara Jepang. Namun, tujuan sebenarnya adalah untuk membujuk mereka menyetujui proklamasi segera.
Sukarno menyebut peristiwa Rengasdengklok sebagai penculikan, karena para pemuda berseragam militer datang ke rumahnya dengan senjata dan memintanya ikut.
Rengasdengklok dipilih karena lokasinya yang bebas dari pengawasan Jepang, strategis untuk memantau pergerakan tentara Jepang, dan memiliki banyak akses untuk evakuasi.
Di sana, Sukarno dan Hatta beserta keluarga ditempatkan di rumah Djiaw Kie Siong, seorang petani Tionghoa yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Rumah itu terpencil dan terletak di tengah kebun, sehingga tidak menarik perhatian.
Sementara itu, di Jakarta, rapat PPKI yang dijadwalkan pada 16 Agustus 1945 tidak bisa dimulai karena Sukarno dan Hatta tidak hadir.
Anggota PPKI panik dan mulai mencari mereka. Wikana memberitahukan Ahmad Soebardjo mengenai situasi ini, dan Soebardjo memulai dialog dengan golongan muda.
Kedua pihak sepakat bahwa proklamasi akan dilaksanakan paling lambat keesokan harinya. Malam itu, Soebardjo menjemput Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta mendapatkan desakan kuat dari para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
Para pemuda berpendapat bahwa jika menunggu terlalu lama, kesempatan emas ini bisa hilang.
Akhirnya, setelah melalui diskusi dan berbagai pertimbangan, Soekarno dan Hatta setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
2. Tokoh Yang Terlibat Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang melibatkan berbagai tokoh dengan peranannya masing-masing.
1. Soekarno (Ir. Sukarno)
– Peranan: Soekarno, yang juga dikenal sebagai Bung Karno, adalah salah satu proklamator dan Presiden pertama Indonesia.
Dalam peristiwa Rengasdengklok, bersama Mohammad Hatta diculik oleh sekelompok pemuda nasionalis untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.
– Signifikansi: Soekarno memainkan peran sentral sebagai pemimpin bangsa yang akhirnya menyetujui desakan para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
2. Mohammad Hatta (Drs. Mohammad Hatta)
– Peranan: Bersama Soekarno, Mohammad Hatta atau Bung Hatta merupakan proklamator dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Ia juga diculik oleh para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok untuk mendukung percepatan proklamasi kemerdekaan.
– Signifikansi: Sebagai salah satu pemimpin terpenting dalam sejarah Indonesia, Hatta memberikan persetujuannya untuk mempercepat proklamasi, mengakui pentingnya momen tersebut dalam perjuangan bangsa.
3. Sukarni Kartodiwirjo
– Peranan: Sukarni adalah salah satu pemimpin kelompok pemuda yang berperan aktif dalam merencanakan dan melaksanakan penculikan Soekarno dan Hatta dalam peristiwa Rengasdengklok. Ia adalah anggota dari kelompok pemuda yang dikenal sebagai “Pemuda Menteng 31.”
– Signifikansi: Sukarni memainkan peran kunci dalam mendesak dan memfasilitasi proklamasi kemerdekaan dengan langkah-langkah konkret yang diambil bersama rekan-rekannya.
4. Chairul Saleh
– Peranan: Chairul Saleh adalah salah satu tokoh pemuda yang aktif dalam kelompok “Pemuda Menteng 31.” Ia ikut serta dalam penculikan dan meyakinkan Soekarno dan Hatta tentang urgensi proklamasi kemerdekaan pada peristiwa Rengasdengklok.
– Signifikansi: Perannya sebagai penggerak utama dalam kelompok pemuda menunjukkan pentingnya inisiatif dan keberanian dalam momentum sejarah tersebut.
5. Wikana
– Peranan: Wikana adalah tokoh pemuda yang turut serta dalam upaya peristiwa Rengasdengklok dan mendesak Soekarno serta Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Ia juga dikenal sebagai salah satu orator yang bersemangat dalam memobilisasi pemuda.
– Signifikansi: Sebagai salah satu pemimpin pemuda, Wikana berperan dalam menjaga semangat perjuangan dan memastikan proklamasi kemerdekaan terlaksana.
6. Ahmad Soebardjo
– Peranan: Ahmad Soebardjo adalah diplomat dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Meskipun tidak ikut dalam penculikan peristiwa Rengasdengklok, ia memainkan peran penting dalam menenangkan situasi dan meyakinkan para pemuda untuk tidak menggunakan kekerasan.
– Signifikansi: Peran Ahmad Soebardjo dalam mediasi dan negosiasi membantu menjaga hubungan baik antara kelompok pemuda dan para pemimpin senior, serta memastikan proses proklamasi berjalan lancar.
7. Laksamana Maeda
– Peranan: Laksamana Tadashi Maeda adalah seorang perwira Angkatan Laut Jepang yang bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Meskipun secara tidak langsung berhubungan dengan peristiwa Rengasdengklok, dia menyediakan tempat di rumahnya bagi Soekarno dan Hatta untuk menyusun teks proklamasi.
– Signifikansi: Tindakan Laksamana Maeda menunjukkan dukungan internasional dan memberikan perlindungan penting bagi para pemimpin Indonesia dalam menyusun teks proklamasi.
Peristiwa Rengasdengklok menunjukkan semangat juang dan tekad para pemuda Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Tindakan berani mereka untuk mengamankan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang menunjukkan betapa pentingnya kebersamaan dan keberanian dalam meraih kemerdekaan. Peristiwa Rengasdengklok juga menjadi bukti bahwa kemerdekaan Indonesia tidak diberikan oleh pihak lain, tetapi diperjuangkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Dengan demikian, Peristiwa Rengasdengklok menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tindakan berani para pemuda dan kebijaksanaan para pemimpin bangsa dalam momen krusial ini menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus mempertahankan kemerdekaan dan membangun Indonesia menjadi negara yang maju dan berdaulat.
3. Peristiwa 17 Agustus 1945: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, situasi di Indonesia berubah drastis.
Kekosongan kekuasaan yang terjadi akibat kekalahan Jepang memberikan momentum bagi para pemimpin Indonesia untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan.
Tekanan dan desakan dari kelompok pemuda yang tergabung dalam “Pemuda Menteng 31” semakin menguat, memaksa Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
3.1 Persiapan Proklamasi
Pada malam 16 Agustus 1945, setelah peristiwa Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
Mereka langsung menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol, yang dijadikan tempat pertemuan untuk menyusun teks proklamasi.
Dibantu oleh tokoh-tokoh lain seperti Ahmad Soebardjo, Sayuti Melik, dan Sukarni, teks proklamasi akhirnya selesai disusun pada dini hari 17 Agustus 1945.
Awalnya, ada dua lokasi yang dipilih untuk melakukan proklamasi, yaitu di Lapangan IKADA (yang sekarang menjadi Lapangan Monas) dan rumah Ir. Soekarno.
Rumah Ir. Soekarno akhirnya dipilih karena tentara Jepang telah berkumpul di Lapangan IKADA, karena mendengar akan ada acara yang digelar di sana.
Menghindari kericuhan antara warga dan tentera Jepang, akhirnya Lapangan IKADA tidak dipilih.
3.2 Pembacaan Proklamasi
Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Upacara yang sederhana namun penuh makna ini disaksikan oleh sekitar 500 orang yang hadir di tempat tersebut.
Bendera Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati, dikibarkan untuk pertama kalinya, menandai lahirnya negara Indonesia yang merdeka.
Isi Teks Proklamasi
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia,
Soekarno/Hatta
4. Tokoh Peristiwa 17 Agustus
Beberapa tokoh utama memainkan peran kunci dalam peristiwa tersebut, baik sebagai penggagas, pelaksana, maupun pendukung.
1. Soekarno
Peran: Proklamator, Penulis Teks Proklamasi, Presiden Pertama Indonesia
Soekarno adalah salah satu tokoh utama yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Mohammad Hatta, ia menandatangani teks Proklamasi yang dibacakan di kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
Sebagai presiden pertama Indonesia, Soekarno menjadi simbol perjuangan dan pemersatu bangsa.
2. Mohammad Hatta
Peran: Proklamator, Penulis Teks Proklamasi, Wakil Presiden Pertama Indonesia
Mohammad Hatta, bersama dengan Soekarno, menandatangani teks Proklamasi Kemerdekaan.
Sebagai wakil presiden pertama Indonesia, Hatta memainkan peran penting dalam mendirikan negara dan merumuskan kebijakan-kebijakan awal pemerintah Indonesia.
3. Achmad Soebardjo
Peran: Penyusun Teks Proklamasi, Anggota BPUPKI dan PPKI
Achmad Soebardjo adalah salah satu tokoh yang ikut serta dalam penyusunan teks Proklamasi. Ia juga berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
4. Sayuti Melik
Peran: Pengetik Teks Proklamasi
Sayuti Melik adalah tokoh yang bertugas mengetik teks Proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno. Peranannya penting dalam memastikan teks tersebut siap dibacakan pada saat proklamasi.
5. Fatmawati
Peran: Penjahit Bendera Merah Putih
Fatmawati, istri Soekarno, menjahit bendera Merah Putih yang digunakan dalam upacara proklamasi. Bendera ini menjadi simbol kebangsaan dan semangat perjuangan rakyat Indonesia.
6. Latief Hendraningrat
Peran: Pemimpin Pengibaran Bendera
Latief Hendraningrat adalah salah satu perwira PETA (Pembela Tanah Air) yang memimpin upacara pengibaran bendera Merah Putih pada saat proklamasi kemerdekaan. Ia bersama dengan Soehoed memimpin prosesi tersebut di halaman rumah Soekarno.
7. Sutan Sjahrir
Peran: Pemimpin Pergerakan, Pendorong Kemerdekaan
Sutan Sjahrir adalah salah satu tokoh pergerakan yang berperan dalam mempengaruhi Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Ia aktif dalam dunia politik dan pergerakan nasional sebelum dan setelah proklamasi.
Para tokoh di atas memiliki peran yang sangat penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Mereka berkontribusi melalui berbagai cara, mulai dari menyusun dan menandatangani teks proklamasi, menggerakkan pemuda, hingga memastikan prosesi upacara berjalan lancar. Perjuangan dan pengorbanan mereka menjadi fondasi bagi berdirinya Republik Indonesia yang merdeka.
5. Kegiatan Masyarakat untuk Memeriahkan 17 Agustus
Setiap tanggal 17 Agustus, masyarakat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan dengan penuh semangat dan kebanggaan.
Berbagai kegiatan dilakukan untuk memeriahkan peringatan ini, baik di tingkat desa, kota, hingga nasional.
Berikut adalah beberapa kegiatan yang umum dilakukan masyarakat untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia:
5.1 Upacara Bendera
Upacara bendera adalah salah satu kegiatan wajib yang dilakukan di berbagai instansi, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Upacara ini menjadi momen sakral untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan.
Biasanya, upacara bendera dilaksanakan di lapangan terbuka dengan peserta yang mengenakan seragam lengkap.
5.2 Lomba-Lomba Tradisional
1. Lomba Panjat Pinang
Lomba panjat pinang adalah salah satu lomba yang paling terkenal dan menantang. Dalam lomba ini, sebuah pohon pinang yang batangnya dilumuri minyak atau pelumas didirikan secara vertikal.
Di puncak pohon tersebut, berbagai hadiah menarik digantung. Peserta lomba harus memanjat pohon yang licin tersebut untuk mendapatkan hadiah.
Biasanya, lomba ini diikuti oleh kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang harus bekerja sama untuk mencapai puncak.
2. Lomba Balap Karung
Lomba balap karung adalah lomba di mana peserta harus masuk ke dalam karung goni dan melompat-lompat menuju garis finish.
Peserta yang mencapai garis finish pertama kali adalah pemenangnya. Lomba ini memerlukan keseimbangan dan ketangkasan, dan sering kali mengundang tawa karena aksi-aksi lucu para peserta yang jatuh atau terjatuh saat melompat.
3. Lomba Tarik Tambang
Lomba tarik tambang adalah kompetisi kekuatan dan kerja sama tim. Dua kelompok peserta akan berusaha menarik tali tambang ke arah mereka masing-masing, dengan tujuan menarik lawan melewati garis batas yang telah ditentukan.
Tim yang berhasil menarik lawan melewati garis batas dianggap sebagai pemenang. Lomba ini menunjukkan pentingnya kerjasama, kekuatan, dan strategi.
4. Lomba Makan Kerupuk
Dalam lomba makan kerupuk, peserta harus makan kerupuk yang digantung dengan tali tanpa menggunakan tangan.
Peserta yang paling cepat menghabiskan kerupuknya adalah pemenangnya. Lomba ini sering diadakan untuk anak-anak maupun dewasa dan selalu menghadirkan keseruan tersendiri karena cara makan yang unik dan menantang.
5. Lomba Bakiak
Lomba bakiak melibatkan beberapa peserta dalam satu tim yang menggunakan sandal kayu panjang (bakiak) yang dipakai bersama-sama.
Tim harus berjalan secara bersamaan menuju garis finish. Koordinasi dan kerjasama antar anggota tim sangat penting dalam lomba ini, karena jika tidak seirama, mereka bisa terjatuh dan tertinggal dari tim lain.
6. Lomba Kelereng
Lomba kelereng adalah permainan di mana peserta harus membawa kelereng di atas sendok yang digigit oleh mulut.
Peserta harus berjalan dari garis start ke garis finish tanpa menjatuhkan kelereng. Peserta yang paling cepat sampai di garis finish tanpa menjatuhkan kelereng adalah pemenangnya. Lomba ini memerlukan konsentrasi dan keseimbangan.
7. Lomba Paku ke Botol
Dalam lomba ini, peserta harus memasukkan paku yang diikat dengan tali ke dalam botol yang diletakkan di tanah.
Tali diikat di pinggang peserta sehingga paku tergantung di belakang tubuh mereka. Peserta harus mengarahkan paku ke dalam botol tanpa menggunakan tangan.
Peserta yang berhasil memasukkan paku paling cepat adalah pemenangnya. Lomba ini sering mengundang gelak tawa karena kesulitan dalam mengarahkan paku.
5.3 Karnaval dan Pawai
Karnaval dan pawai menjadi salah satu acara yang paling dinanti oleh masyarakat. Peserta karnaval biasanya mengenakan kostum tradisional atau kostum bertema perjuangan kemerdekaan.
Pawai ini diiringi oleh berbagai atraksi seperti marching band, tari-tarian, dan pertunjukan seni lainnya.
5.4 Pertunjukan Seni dan Budaya
Pertunjukan seni dan budaya sering kali diadakan untuk merayakan Hari Kemerdekaan. Acara ini bisa berupa pagelaran wayang kulit, tari-tarian daerah, pertunjukan musik, dan teater yang menceritakan kisah perjuangan bangsa Indonesia.
Pertunjukan ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang kekayaan budaya dan sejarah bangsa.
5.5 Perlombaan Olahraga
Selain lomba-lomba tradisional, berbagai perlombaan olahraga juga sering diadakan untuk menyemarakkan perayaan 17 Agustus.
Beberapa cabang olahraga yang biasanya dipertandingkan antara lain sepak bola, voli, badminton, dan lari estafet.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk memeriahkan suasana tetapi juga untuk menjaga kebugaran masyarakat.
5.6 Kerja Bakti dan Gotong Royong
Kerja bakti dan gotong royong menjadi kegiatan yang sering dilakukan menjelang peringatan Hari Kemerdekaan.
Masyarakat bersama-sama membersihkan lingkungan, memperbaiki fasilitas umum, dan menghias jalan-jalan dengan bendera dan umbul-umbul merah putih.
Kegiatan ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi nilai dasar bangsa Indonesia.
5.7 Pameran dan Bazar
Pameran dan bazar sering diadakan untuk memeriahkan perayaan 17 Agustus. Pameran bisa berupa pameran sejarah perjuangan kemerdekaan, pameran seni, dan pameran produk lokal. Sementara itu, bazar biasanya menjual berbagai macam produk seperti makanan, kerajinan tangan, dan pakaian dengan harga terjangkau.
5.8 Ziarah ke Makam Pahlawan
Sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan, masyarakat sering mengadakan ziarah ke makam pahlawan.
Kegiatan ini biasanya melibatkan upacara penghormatan dan tabur bunga di makam para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan kemerdekaan.
Perayaan 17 Agustus di Indonesia tidak hanya sekadar peringatan hari kemerdekaan tetapi juga menjadi momen untuk mempererat persatuan dan kebersamaan antarwarga.
Berbagai kegiatan yang dilakukan, mulai dari upacara bendera, lomba-lomba tradisional, karnaval, hingga ziarah ke makam pahlawan, mencerminkan semangat kebangsaan dan rasa syukur atas kemerdekaan yang telah diraih.
Melalui perayaan ini, masyarakat Indonesia diingatkan kembali akan pentingnya menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif demi kemajuan bangsa.
Editor: Shadinta Aulia