Kediri, LINGKARWILIS.COM – Petilasan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri menjadi destinasi utama warga dan pengunjung dalam perayaan tahun baru Islam 1 Muharram, yang juga dikenal sebagai bulan Suro. Tidak hanya warga lokal, pengunjung juga datang dari berbagai daerah dan mancanegara.
Salah satu aktivitas yang dilakukan pengunjung adalah menggelar ritual doa, yang dipercaya sebagai sarana untuk membuang sial atau hal-hal yang tidak baik. Banyaknya pengunjung yang datang dari berbagai daerah di bulan Suro ini dianggap sebagai momen yang tepat untuk mencari keberkahan.
Sendang Tirta Kamandanu, peninggalan Kerajaan Kediri pada masa Jayabaya, terkenal di seluruh Indonesia. Sebelum Prabu Jayabaya menghadap Tuhan beserta raganya (parama mokhsa), sang prabu melakukan mandi dan bersuci (ritual melukad) di sendang tersebut. Nama sendang berarti kolam alami, sedangkan Tirta Kamandanu memiliki makna sumber mata air yang memberikan kehidupan.
Baca juga : Peradi SAI Kediri Raya Gelar UPA, Terapkan Passing Grade Tinggi dan Jaminan Tanpa KKN
“Banyaknya masyarakat memilih ritual bulan Suro di tempat ini lebih kepercayaannya masing-masing,” ujar Pengurus Yayasan Hondodento, Chatarina Etty, Senin (8/7/2024).
Etty menjelaskan bahwa banyaknya antusiasme masyarakat yang hadir mungkin karena mereka memiliki keinginan untuk berdoa di tempat tersebut dan berharap doanya terkabul. Tempat ini juga dipercaya masyarakat untuk mencari keberkahan di bulan Suro. Menurutnya, mereka berdoa untuk memohon bimbingan kepada sang prabu agar bersih pikiran, hati, tindak tanduk, dan perbuatan.
“Menurut para pendiri, Sendang Tirta Kamandanu ini menjadi tempat untuk membersihkan diri ketika beliau itu akan bertapa,” ucapnya.
Baca juga : Pj Wali Kota Kediri Ikuti Doa Bersama Sambut Tahun Baru Islam 1446 H, Ini Infonya
Etty juga melihat nilai keteladanan dari Prabu Sri Aji Jayabaya yang sangat dibutuhkan para pemuda saat ini. Sang prabu merupakan sosok yang peduli dan memperhatikan rakyatnya, serta sering bertapa untuk merenung. Dari situlah, ia menyebut, Tuhan memberikan anugerah kepada sang prabu dengan kemampuan meramalkan kejadian-kejadian masa depan yang sangat akurat.
“Kita ketahui tidak ada ramalan dari Sri Aji Jayabaya yang meleset satu pun,” tambahnya.
Kepala Desa Menang, Linda Endrawati, membenarkan bahwa ada pengunjung dari luar negeri. “Banyak dari luar negeri. Jumlahnya ada 25 orang, mereka berasal dari beberapa negara,” ucapnya.
Salah satu pengunjung, Muhammad, mengaku sangat antusias merayakan bulan Suro di Petilasan Sri Aji Jayabaya. Kedatangannya untuk berdoa dan berharap mendapatkan keberkahan. Ia juga tertarik mengetahui sejarah dan sosok Sri Aji Jayabaya.
“Tidak hanya berdoa saja, saya dan pengunjung lain juga ingin tahu tentang sejarah Sri Aji Jayabaya seperti apa dan sosoknya bagaimana,” tuturnya.***
Reporter : Rusdiyanto
Editor : Hadiyin