Sejarah Buaya Darat yang Sering Digunakan untuk Istilah Pria yang Tidak Setia

Sejarah Buaya Darat yang Sering Digunakan untuk Istilah Pria yang tidak Setia
Ilustrasi sejarah buaya darah untuk pria yang tidak setia (Pexels/Pixabay)

LINGKARWILIS.COM – Istilah “buaya darat” kerap digunakan dalam budaya populer di Indonesia untuk menggambarkan pria yang tidak setia atau gemar mempermainkan perempuan.

Meski terdengar unik, penggunaan istilah buaya darat ini memiliki sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri.

Berakar dari metafora perilaku buaya sebagai hewan predator yang dianggap “licik” dan “licin,” istilah ini kemudian bertransformasi menjadi simbol bagi perilaku pria tidak setia yang gemar menggoda banyak perempuan tanpa niat serius.

Dalam artikel ini, kita akan menyelami sejarah penggunaan istilah buaya darat yang sering digunakan untuk julukan para pria yang tidak setia.

Manfaat Tanaman Lidah Buaya untuk Kesehatan Rambut, Rahasia Kecantikan Alami Tanpa Bahan Kimia 

Sejarah Istilah Buaya Darat

Melansir dari salah satu sumber, buaya darat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku laki-laki yang tidak setia kepada perempuan.

Ironisnya, buaya sebenarnya merupakan reptil yang dikenal setia pada pasangannya.

Sejarah istilah ini masih menjadi perdebatan. Salah satu legenda dari Riau, yaitu kisah Baltazur, menceritakan tentang seekor buaya bernama Baltazur yang sering memangsa gadis-gadis muda.

Namun, para korban ditemukan dalam kondisi tubuh utuh, meskipun keperawanannya hilang.

Pendapat lain menyebutkan bahwa istilah ini terinspirasi dari kebiasaan buaya yang berburu mangsa secara diam-diam.

Ternyata Lidah Buaya Bukan Tanaman Hias Biasa! Ini Manfaat yang Baik untuk Kulit dan Rambut

Bahkan, binatang pemangsa ini akan tetap memakan mangsanya meskipun sudah menjadi bangkai.

Kebiasaan ini kemudian dianalogikan dengan manusia yang tidak setia dan selalu mencari mangsa.

Sementara sumber lain menyebut jika istilah ini mulai dikenal sejak tahun 1971, bermula dari sebuah kisah di desa Soronganyit, Jember, Jawa Timur.

Di desa tersebut, terdapat tambak yang menjadi habitat kawanan buaya. Menariknya, buaya di tambak ini memiliki jadwal aktivitas yang teratur, seperti kapan mereka harus berada di darat dan kapan kembali ke air.

Suatu hari, seekor buaya jantan dilaporkan hilang, membuat warga gempar karena khawatir akan ancaman buaya tersebut.

Kasus Overpopulasi Kucing Semakin Meresahkan, Ini Dampak yang Akan Ditimbulkan!

Tiga bulan kemudian, buaya jantan itu ditemukan bersama seekor buaya betina yang ternyata bukan pasangannya.

Lebih mengejutkan lagi, buaya betina tersebut masih sangat muda dibandingkan si buaya jantan.

Melihat peristiwa itu, warga spontan mengumpat, “Dasar buaya!” Sejak saat itu, istilah “lelaki buaya darat” mulai digunakan untuk menyebut laki-laki yang memiliki hubungan gelap atau tidak setia pada pasangannya.

Disisi lain, penggunaan buaya sebagai simbol laki-laki tidak setia juga berkaitan dengan sifat asli hewan ini.

Sebagai reptil yang hidup di darat dan air, buaya dikenal pandai bersembunyi di air, mengintai mangsa, dan menyerang secara tiba-tiba. Konon, di dalam air, buaya jantan cenderung setia pada pasangannya.

Namun, saat berada di darat, buaya jantan kerap terlihat gagah dan menarik perhatian buaya betina.

Manfaat Tanaman Lidah Buaya sebagai Detox Alami, Bisa Membersihkan Tubuh dari Toksin Lho! 

Hal tersebut tentunya menciptakan citra buaya sebagai makhluk yang suka “bermain-main” dengan pasangan.

Dalam istilah “buaya darat,” kata “darat” menggambarkan seseorang yang sering bergonta-ganti pasangan dalam hubungan percintaan, tanpa keseriusan atau ikatan emosional yang mendalam.

Perilaku buaya saat berada di daratan inilah yang menjadi inspirasi dari istilah tersebut.

Nah sudah tahu kan sejarah dari istilah buaya darat. Kalian pernah terjebak dengan cowok buaya darat?

Penulis: Rafika Pungki Wilujeng
Editor: Shadinta Aulia Sanjaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *