Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek memperkirakan jumlah itu akan terus bertambah merujuk prediksi musim hujan yang diperkirakan turun pada awal – pertengahan November 2023.
“Per 22 Oktober ada sebanyak 12.056 jiwa terdampak kekeringan dari 4.635 kepala keluarga di Trenggalek. Data dimungkinkan terus bertambah,” kata Kepala BPBD Trenggalek, Triadi Admono, Senin (23/10).
Jumlah warga terdampak kekeringan itu tersebar di 31 desa/kelurahan di 12 kecamatan. Mayoritas sumber-sumber air di wilayah terdampak kekeringan itu mengering sehingga tidak dapat diakses.
Untuk membantu menanggulangi krisis air bersih, petugas gabungan melakukan droping air bersih secara berkala di titik-titik terdampak.
“Upaya penanganan bersama, kita telah mendistribusikan air bersih sebanyak 507 tangki air bersih. Kapasitasnya ada yang 4.000 dan 6.000 liter,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Triadi, petugas juga telah mendistribusikan 54 tandon, 355 jurigen hingga 30 terpal di sejumlah titik terdampak kekeringan.
Selain penanganan jangka pendek, saat ini pemerintah daerah setempat tengah mengupayakan pembuatan sumur bor di 66 titik dari 66 desa. Jumlah itu merujuk data kekeringan ekstrem pada 2019 lalu.
Reporter : Angga Prasetya
Editor : Hadiyin