LINGKARWILIS.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan ada bahaya yang sama mematikannya dengan bom di Gaza. Bahkan, bahaya ini diprediksi bisa menimbulkan lebih banyak orang mati ketimbang bom di tengah pengepungan Israel.
Masyarakat di Gaza bisa terserang penyakit akibat hancurnya ifrastruktur kesehatan dan sanitasi di Gaza.
Infrastruktur kritis di wilayah yang dikepung telah lumpuh akibat kelangkaan bahan bakar dan pasokan serta serangan terhadap rumah sakit dan fasilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak Israel melancarkan serangan udara di Gaza pada 7 Oktober.
“Akhirnya kita akan melihat lebih banyak orang mati akibat penyakit daripada akibat pemboman jika kita tidak mampu memperbaiki sistem kesehatan ini,” kata Margaret Harris, juru bicara WHO, dalam sebuah briefing di Jenewa, (28/11) waktu setempat dikutip dari Aljazeera.
Baca Juga: Dukungan Bos Twitter di Perang Israel Palestina
Baca Juga: Dukungan Bos Twitter di Perang Israel Palestina
Dia mencontohkan, runtuhnya Rumah Sakit al-Shifa di utara Gaza sebagai tragedi. Kondisi ini diperparah dengan penahanan beberapa staf medis oleh pasukan Israel yang menguasai kompleks tersebut awal bulan ini.
Penyakit menular seperti penyakit diare sudah menjadi masalah yang serius di Gaza, dimana jumlahnya terus meningkat.
WHO mencatat, saat ini sudah ada lebih dari 44.000 kasus diare dan 70.000 infeksi saluran pernapasan akut, meski demikian angka sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.
Banginya, kondisi di Gaza sangat memprihatinkan, laporan PBB tentang kondisi hidup penghuni yang terlantar di utara Gaza menjadi contoh. Di sana tidak ada obat, tidak ada kegiatan vaksinasi, tidak ada akses air bersih dan kebersihan, dan tidak ada makanan.
Bagi penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang, yang separuh di antaranya adalah anak-anak, ketersediaan ari bersih untuk dikonsumsi sangat sulit.
James Elder, juru bicara Badan Anak-anak PBB di Gaza mengatakan, rumah sakit penuh dengan anak-anak yang terluka perang dan mengalami gastroenteritis karena minum air kotor.
“Mereka tidak memiliki akses ke air bersih dan itu sangat merugikan mereka,” katanya.
Baca Juga: Dinkes Kabupaten Kediri Imbau Warga Waspada Flu Singapura
Jika tidak ada perubahan, tentunya akan sangat mungkin lebih banyak orang sakit dan risiko wabah besar akan meningkat secara drastis.
Untuk diketahui, serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 14.800 warga Palestina, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 perempuan, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Editor: Ahmad Bayu