Kediri, LINGKARWILIS.COM – Harga gabah kering sawah (GKS) jenis bramo di Kabupaten Kediri mengalami lonjakan signifikan dalam satu minggu terakhir, mencapai kisaran antara Rp 7.000 hingga Rp 7.200 per kilogram.
Lonjakan ini terasa cukup tajam, mengingat sebelumnya harga GKS bramo masih di bawah Rp 7.000 per kilogram, namun pada Rabu (2/7/2024) sudah mencapai Rp 7.200 per kilogram.
Eko Pramudi, seorang petani dari Bangsongan, Kayen Kidul, menjelaskan bahwa harga GKS jenis 64 bervariasi tergantung pada cara panen.
Baca juga : Pemerintah Desa Sidomulyo, Kecamatan Semen Kabupaten Kediri Salurkan BLT Dana Desa, Ini Infonya
Jika menggunakan mesin dos (perontok padi), harganya sekitar Rp 6.400 per kilogram, sedangkan dengan mesin sorok yang lebih modern dan dikemudikan manusia, harganya bisa mencapai Rp 6.700 per kilogram.
Kenaikan harga gabah saat ini hampir menyamai harga pada periode yang sama tahun lalu, antara Agustus hingga November 2023.
Pada saat itu, harga gabah kering giling (GKG) jenis medium seperti 64 mencapai Rp 7.200 hingga Rp 7.300 per kilogram, sementara untuk jenis premium seperti bramo sudah mencapai Rp 8.000 per kilogram.
Baca jua : Sudut Cantik Kediri Buka Lowongan Kerja dengan 4 Posisi Menarik di Juli 2024, Segera Merapat
Eko Pramudi berharap harga gabah tetap stabil dan tidak mengalami penurunan mendadak, terutama mengingat masih ada banyak sawah yang belum memasuki masa panen raya.
“Karena ini belum masuk panen raya (gadu). Masih banyak padi yang menghijau alias belum waktunya panen,” katanya.
Sementara itu, Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono, menjelaskan bahwa penyesuaian harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) dan harga eceran tertinggi (HET) beras masih menunggu regulasi dari Badan Pangan Nasional (Perbadan).
Penyesuaian ini penting untuk menyesuaikan harga beras ke pasar, dengan mengacu pada perhitungan bersama dengan seluruh pemangku kepentingan dalam rantai pasok beras.
Demikianlah gambaran mengenai kondisi harga gabah saat ini di Kabupaten Kediri dan upaya penyesuaian harga dari pemerintah untuk menjaga stabilitas pasar beras.***
Editor : Hadiyin
