Ponorogo, LINGKARWILIS.COM – Sejumlah pedagang sapi terpaksa gigit jari setelah menemukan Pasar Hewan Jetis Ponorogo ditutup untuk sementara waktu.
Penutupan yang dimulai sejak 8 hingga 21 Januari 2025 tersebut dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo untuk menekan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) yang semakin meluas.
Langkah ini diambil menyusul lonjakan kasus PMK yang telah menginfeksi ratusan sapi, bahkan menyebabkan kematian mendadak pada beberapa di antaranya.
Baca juga : Belum Ada Kasus HMPV di Kabupaten Blitar, Dinkes Imbau Warga Tetap Waspada
Suyadi, seorang pedagang sapi asal Kecamatan Siman, mengaku kecewa karena tidak mengetahui adanya penutupan ini meski telah diumumkan dua hari sebelumnya. “Tahu-tahu tutup pas sampai sini tadi, ya sudah pulang saja,” ujarnya pasrah, Jumat (10/1/2025).
Kabid Pengelolaan Pasar Disperdagkum Ponorogo, Okta Hariyadi, menjelaskan bahwa penutupan pasar merupakan bagian dari upaya pencegahan agar kasus PMK tidak semakin meluas.
“Penutupan ini sesuai dengan arahan Pak Bupati, dan berlaku selama 14 hari,” jelas Okta.
Baca juga : Hore! Dana Desa Kabupaten Ponorogo Naik Rp 3,8 Miliar, Ini Peruntukannya
Meski telah dilakukan sosialisasi, masih ada pedagang yang belum menerima informasi tersebut dan merasa dirugikan. “Kami memahami ini berat bagi para pedagang, tetapi ini langkah yang harus diambil demi mengendalikan penyebaran PMK,” tambahnya.
Pasar Hewan Jetis tidak hanya menjadi tujuan pedagang lokal tetapi juga peternak dari luar daerah. Oleh karena itu, penutupan ini diharapkan mampu mengurangi risiko penularan lintas wilayah.
Berdasarkan data terbaru, terdapat lebih dari 340 sapi di Ponorogo yang telah terinfeksi PMK, tersebar di 16 kecamatan. Dari total populasi sapi yang mencapai 68 ribu ekor, lonjakan kasus ini menjadi ancaman serius bagi peternakan di wilayah tersebut.
Pemerintah berharap masyarakat dapat memahami langkah penutupan sementara ini. Setelah masa 14 hari selesai, kebijakan lebih lanjut akan ditentukan sesuai dengan perkembangan situasi di lapangan.***
Reporter: Sony Dwi Prastyo
Editor: Hadiyin