LINGKARWILIS.COM – Hujan deras yang mengguyur wilayah Tulungagung pada Kamis (5/6/2025) dini hari menyebabkan kawasan wisata Pantai Gemah terdampak abrasi.
Air bah yang datang secara tiba-tiba menyebabkan kerusakan pada sejumlah warung dan menghanyutkan dua unit mobil milik Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Salah satu pedagang di kawasan Pantai Gemah, Warsiyanto menyebutkan bahwa air bah mulai terjadi sekitar pukul 01.00 WIB. Sebelumnya, hujan gerimis telah turun sejak sore hari tetapi intensitas hujan meningkat tajam sejak pukul 23.00 WIB hingga akhirnya memicu banjir besar.
Akibatnya, beberapa warung milik pedagang mengalami kerusakan, meski tidak tergolong parah. Selain itu, dua mobil milik Kemensos RI terseret arus hingga terjebak di lumpur.
Liburan Makin Hemat! Nikmati Diskon Kereta Api 30% untuk Ekonomi dari Stasiun Malang
“Saat terjadi air bah, pemilik mobil Kemensos RI itu sedang istirahat sehingga mereka tidak tahu jika mobilnya terseret air bah,” ujar Warsiyanto, Kamis (5/6/2025).
Ketua Pokdarwis Pantai Gemah Tulungagung, Imam Rojikin, menjelaskan bahwa kondisi pantai setelah diterjang banjir cukup memprihatinkan. Luapan air menyebabkan abrasi sedalam sekitar satu meter di beberapa titik, membentuk aliran menyerupai sungai di sepanjang pesisir.
Dampaknya, lintasan wahana ATV di bibir pantai mengalami kerusakan sehingga aktivitas permainan tersebut sementara dihentikan. Selain itu, material lumpur juga masuk ke sejumlah warung, meski tidak menimbulkan kerusakan berat.
“Kalau warung tidak ada yang rusak parah, hanya perlu pembersihan agar bisa beroperasi karena adanya lumpur yang masuk ke dalam warung,” ungkapnya.
Dampak Larangan Study Tour Berimbas ke Sektor Pariwisata Kota Batu
Setelah kejadian ini, Imam menyampaikan bahwa proses penimbunan area pantai yang tergerus abrasi membutuhkan alat berat seperti excavator dan buldoser untuk mempercepat pemulihan.
Namun demikian, pihaknya mengaku kesulitan menanggung biaya penanganan secara mandiri. Oleh karena itu, ia berharap bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung maupun Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk penyediaan alat berat.
“Kami sudah tidak bisa lagi kalau harus pakai biaya mandiri, karena kami sudah terlalu fokus untuk menangani timbunan sampah yang terbawa Sungai Niyama,” pungkas Imam.