Kediri, LINGKARWILIS.COM — Suasana pagi di kawasan Bandara Dhoho, tepatnya di Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, selalu dipenuhi aroma khas makanan tradisional. Sejak pukul 05.15 WIB, antrean panjang terlihat di salah satu lapak penjual ketan yang menjadi primadona para pecinta kuliner lokal maupun pelintas jalan.
Lapak sederhana milik Herman Cahya Irawan, pria asal Bulusari, sukses menarik perhatian warga berkat sajian ketan hangat dengan berbagai varian rasa. Ditemani segelas minuman hangat, pengunjung menikmati sajian sambil menyaksikan indahnya matahari terbit dan merasakan kesejukan udara pagi.
Herman bersama istrinya dan lima orang karyawan lainnya tampak sibuk melayani pesanan yang terus mengalir. Menu andalan yang ditawarkan antara lain ketan bubuk, ketan susu, keju, milo, hingga chocolatos. Harga yang ditawarkan pun ramah di kantong, mulai dari Rp5.000 hingga Rp8.000 per porsi.
Baca juga : Tim LPBI NU Kabupaten Kediri Evakuasi Sarang Tawon Vespa Raksasa di Tulungagung
“Macamnya banyak, tergantung selera. Ada yang suka bubuk, ada juga yang pilih keju atau susu. Semua kami sediakan,” ujar Herman saat ditemui.
Di balik kesuksesannya, Herman menyimpan cerita perjuangan panjang. Berawal dari obrolan dengan para orang tua, ia mulai mencari tahu cara membuat ketan hingga belajar secara otodidak lewat YouTube. Meski sempat menemui kesulitan di awal, ketekunannya membuahkan hasil yang kini digemari ratusan pembeli setiap harinya.
“Kuncinya di rasa. Saya harus tahu betul bagaimana membuat rasa yang cocok di lidah. Belum tentu satu desa ada yang jual ketan, jadi saya yakin dengan peluangnya,” katanya.
Menariknya, Herman mengandalkan vespa kesayangannya untuk menunjang aktivitas jualan. Tak hanya menjajakan ketan, ia juga menerima titipan dagangan warga sekitar seperti nasi bungkus, sate tusuk, hingga kopi.
Baca juga : Sebanyak 84 Pengendara Terjaring Razia di Sekitar Pagora, Polres Kediri Kota Tindak Tegas Pelanggar
Lapaknya mampu menarik 100—200 pembeli setiap hari, dan pada akhir pekan atau hari libur, jumlah itu bisa melonjak drastis hingga lebih dari 500 pengunjung. Pembeli tak hanya datang dari Kediri dan Nganjuk, tetapi juga dari Surabaya dan kota-kota lain yang penasaran dengan rasa ketan racikannya.
“Kalau libur, bisa habis dalam waktu dua sampai tiga jam saja,” ungkap bapak tiga anak itu.
Sebelum menetap di area barat Stadion Gelora Daha Jayati, Herman sempat berpindah-pindah lokasi, mulai dari Bangkerep hingga Bedrek. Ia mengaku terpikat menjual di lokasi sekarang setelah secara tak sengaja melewati kawasan tersebut saat mengantar anaknya ke sekolah.
“Saya lihat tempatnya cocok. Akhirnya saya nekat buka di sini,” tuturnya.
Awalnya, hanya dirinya yang berjualan di lokasi itu. Kini, seiring dengan meningkatnya pengunjung, makin banyak warga ikut membuka lapak. Herman merasa bahagia karena kehadirannya turut memberi dampak ekonomi positif bagi warga sekitar.
“Saya senang banyak yang ikut jualan. Artinya, tempat ini makin berkembang dan bisa bantu penghasilan warga,” pungkas Herman, yang juga aktif di komunitas motor vespa.***
Reporter : Rizky Rusydianto
Editor : Hadiyin