LINGKARWILIS.COM – Bagi masyarakat Kota Batu, keberadaan Prasasti Sangguran bukanlah sesuatu yang asing. Prasasti yang dipahat pada sebuah batu besar ini memiliki nilai historis penting, baik bagi Kota Batu maupun dalam catatan sejarah Kerajaan Mataram Kuno.
Prasasti ini pertama kali ditemukan di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Penemuan tersebut menjadi bukti adanya peradaban yang maju di wilayah tersebut pada abad ke-10 Masehi.
Kini, Prasasti Sangguran—yang beratnya mencapai 3,5 ton—berada jauh dari tempat asalnya, tepatnya di Minto Estate, Roxburgshire, Skotlandia. Benda bersejarah ini sampai ke sana setelah dibawa oleh Kolonel Colin Mackenzie kepada Sir Thomas Stamford Raffles, yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu.
Pada tahun 1812, Raffles kemudian menghadiahkan prasasti tersebut, yang kini juga dikenal sebagai *Minto Stone*, kepada Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris di India.
Hari Otonomi Daerah ke-29, Pemkot Batu Tegaskan Komitmen Kolaborasi Pusat dan Daerah
Menurut Aries Agung Paewai, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, peluang untuk memulangkan Prasasti Sangguran ke Indonesia sangat terbuka. Bahkan, ahli waris pemilik lahan tempat prasasti itu berada menunjukkan sikap positif dan bersedia membantu pemulangan benda tersebut.
“Saat itu saya ditugaskan oleh Ibu Gubernur Khofifah Indar Parawansa ketika menjabat sebagai Pj Wali Kota Batu untuk melacak keberadaan prasasti. Awalnya saya kira berada di London, ternyata lokasinya di Skotlandia dan tidak mudah mencarinya,” ungkap Aries di Kota Batu, Selasa (29/04).
Setelah berhasil menemukan lokasi prasasti, Aries bertemu dengan ahli waris keluarga Minto. Dalam pertemuan tersebut, mereka menyatakan kesediaannya mendukung pemulangan prasasti ke Indonesia, khususnya ke Kota Batu.
Namun, proses pemulangan masih membutuhkan langkah resmi, seperti pengajuan surat dari Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Inggris atau Skotlandia, yang dapat difasilitasi melalui duta besar Indonesia di sana.
Sinergi Cegah Kanker Serviks, Polresta Malang Kota Sabet Rastra Sewakottama Award
Aries menambahkan bahwa pihak keluarga Minto tidak menuntut ganti rugi, hanya mengharapkan kompensasi administratif yang berkaitan dengan proses pemindahan resmi antarnegara.
“Yang mereka harapkan lebih kepada dukungan administratif, bukan uang. Terutama dari pihak keluarga Minto,” katanya.
Melihat respon positif dari pihak ahli waris, Aries berharap Pemerintah Kota Batu bersama DPRD dapat segera menjalin komunikasi dengan Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Luar Negeri guna mempercepat proses pemulangan.
“Keluarga mereka sangat terbuka. Bahkan, saya disambut oleh perwakilan keluarga yang ternyata adalah pejabat kementerian di Inggris,” jelas Aries.
Dengan dukungan seperti ini, menurut Aries, peluang untuk memulangkan Prasasti Sangguran sangatlah besar. Salah satu kunci keberhasilannya adalah melalui jalur diplomatik yang intensif lewat Kementerian Luar Negeri.
Dalam proses pencariannya, Aries turut dibantu oleh The Earl of Minto, Gilbert Timothy George Lariston Elliot-Murray-Kynynmound.
Perjalanan dari London menuju lokasi prasasti di Edinburgh memakan waktu lima jam, ditambah tiga jam menuju lokasi tepatnya di kawasan perkebunan Minto. Prasasti tersebut telah dipindahkan dari rumah tua ke area terbuka di halaman perkebunan.
Saat melihat langsung Prasasti Sangguran, Aries menggambarkan betapa megah dan kokohnya batu tersebut berdiri, menghadap perbukitan yang menjadi batas antara Skotlandia dan Inggris. Ia menyebutkan bahwa penampakannya persis seperti yang terlihat di internet.
“Setelah perjalanan panjang dan pencarian yang tidak mudah, akhirnya kami bisa melihat langsung Minto Stone. Kami juga sempat berbincang dengan keturunan Lord Minto yang kini menjabat sebagai Minister of Regulation Reform di Inggris,” ujarnya.
Menurut cerita dari The Earl of Minto, pemindahan terakhir prasasti tersebut dilakukan sekitar 15 tahun lalu, namun tetap berada di kawasan Minto Estate. Prasasti itu kini berdiri di atas pondasi berbahan aluminium untuk memastikan stabilitasnya.
Sebagai informasi, Prasasti Sangguran memiliki dimensi tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter, dan ketebalan 32 sentimeter. Di bagian depannya terdapat 38 baris tulisan, bagian belakang 45 baris, dan sisi kirinya terdapat 15 baris.
Dua baris pertama menggunakan bahasa Sanskerta, sementara sisanya ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Prasasti ini dinilai sebagai sumber penting bagi sejarah Mataram Kuno, khususnya mengenai perpindahan ibu kota kerajaan ke wilayah Jawa Timur.
Reporter : Arief Juli Prabowo
Editor: Shadinta Aulia Sanjaya