Ponorogo, LINGKARWILIS.COM – Sepanjang tahun 2024, Kabupaten Ponorogo mengalami ratusan bencana alam. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo mencatat total 374 kejadian, mulai dari tanah longsor, banjir, kekeringan, hingga cuaca ekstrem.
Kepala BPBD Kabupaten Ponorogo, Masun, menjelaskan bahwa sebagian besar laporan bencana didominasi oleh jenis hidrometeorologi seperti tanah longsor, pohon tumbang, dan angin kencang.
“Dari total laporan, tanah longsor menjadi yang paling sering terjadi, dengan 110 peristiwa,” ungkap Masun, Senin (20/1/2025).
Dari seluruh wilayah terdampak, Kecamatan Pulung menjadi daerah paling parah dengan 37 kejadian tanah longsor. Disusul oleh Kecamatan Sawoo (17 kejadian), Ngrayun (14 kejadian), dan Ngebel (10 kejadian). Sisanya tersebar merata di 21 kecamatan lainnya.
Baca juga : Dinkes Kabupaten Kediri Pantau Potensi Paparan Chikungunya, Ini Infonya
Selain tanah longsor, banjir juga menjadi bencana musiman yang kerap melanda Ponorogo. BPBD mencatat 89 laporan banjir dari 14 kecamatan, termasuk Kecamatan Ponorogo (Kota), Balong, Sampung, dan Jatis.
Masun menambahkan, tingginya curah hujan dan buruknya kondisi saluran irigasi menjadi faktor utama penyebab banjir. “Tanggul yang jebol akibat debit air berlebih juga berkontribusi pada terjadinya banjir,” jelasnya.
BPBD Ponorogo terus berupaya mengatasi dampak bencana dengan langkah-langkah pencegahan, sosialisasi, kesiapsiagaan, dan penanganan darurat. Selain itu, rehabilitasi pascabencana juga dilakukan, termasuk pengajuan anggaran perbaikan infrastruktur ke pemerintah provinsi dan pusat.
Dalam penanggulangan bencana, BPBD menggandeng berbagai pihak melalui pendekatan pentahelix yang melibatkan relawan, pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat.
“Kami terus meningkatkan kolaborasi agar relawan tetap sigap membantu selama 24 jam,” pungkas Masun.***
Reporter: Sony Dwi Prastyo
Editor: Hadiyin