Belasan bencana itu seperti tanah longsor, angin kencang hingga tanaman eceng gondok yang menutupi aliran sungai di Kecamatan Mlarak beberapa waktu lalu.
Kepala BPBD Kabupaten Ponorogo, Masun mengatakan jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu pada periode yang sama, jumlah bencana tahun ini mengalami kenaikan. Dari 7 kejadian pada tahun lalu menjadi 13 pada tahun ini.
“Artinya bencana hidrometeorologi basah tahun ini patut untuk diwaspadai,” Ungkap Masun kepada wartawan, Jumat (12/1/2024).
Masun merinci belasan bencana pada awal Januari ini yakni tanah longsor ada 8 titik meliputi di Kecamatan Pulung, Ngebel, maupun Pudak. Lalu ada 4 kejadian angin kencang serta satu fenomena eceng gondok beberapa waktu lalu, dimana pihak BPBD mengerahkan ekskavator untuk membersihkan aliran sungai.
“Yang eceng gondok itu ternyata sangat banyak, itu truk pengangkut eceng gondok bolak balik hingga 300 kali,” terangnya.
Mantan Kepala Dipertahankan tersebut mengakui jika intensitas hujan saat ini masih tergolong ringan hingga sedang. Namun, untuk fenomena tanah longsor diakibatkan oleh tanah yang pada saat musim kemarau mengalami retak, lalu pada musim hujan retakan tersebut terisi air dan menyebabkan tanah longsor.
“Belum lagi akibat vegetasi tanah di lokasi tersebut yang berkurang sehingga tanah mudah longsor,” jelas Masun.
Lebih lanjut, jika merujuk perkiraan dari BMKG prediksi puncak hujan di Ponorogo terjadi pada pertengahan Februari mendatang. Oleh karena itu masyarakat yang berada di kawasan merah bencana diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaannya.
“Tetap waspada, walaupun diperkirakan curah hujan tidak ekstrem tahuntahun sebelumnya,” pungkas Masun.***
Reporter : Sony Dwi Prastyo
Editor : Hadiyin