Cerita Perajin Wayang Muda Asal Trenggalek, Terinspirasi Sang Ayah dalam Melestarikan Budaya

Cerita Perajin Wayang Muda Asal Trenggalek, Terinspirasi Sang Ayah dalam Melestarikan Budaya
Anom saat membuat wayang kulit (angga)

Trenggalek, LINGKARWILIS.COM – Dunia pewayangan seolah sudah mengalir dalam darah Anom Trio Setyawan. Pemuda asal Kecamatan Karangan, Trenggalek, ini menggeluti profesi sebagai perajin wayang kulit berkat pengaruh kuat sang ayah, yang juga seorang seniman wayang.

Ungkapan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” sepertinya sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup Anom. Berawal dari pengaruh sang ayah, yang dikenal luas dalam dunia pewayangan, Anom mewarisi bakat seniman tersebut dan melanjutkan usaha keluarga. Menurutnya, keahlian ini diperoleh setelah proses panjang yang tidak mudah.

“Saya mulai membuat wayang sejak 2015, belajar langsung dari ayah,” ujar Anom, mengenang perjalanan awalnya.

Baca juga : Pjs Bupati Kediri Optimis Target PAD 2024 Sebesar 600 Miliar Tercapai

Di ruang kerjanya yang sempit, sekitar 1,5 meter persegi, Anom menghabiskan setiap harinya untuk memahat wayang. Dengan ketelitian dan kesabaran tinggi, ia memulai dengan memoles kulit sapi dan kambing, membuat pola, memahat, hingga menyungging wayang. “Yang penting adalah menghafal karakter wayang,” tambahnya.

Usahanya yang dilakukan dengan penuh dedikasi ini membuahkan hasil. Wayang karya Anom kini banyak diminati oleh konsumen dari berbagai daerah, termasuk Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan banyak tempat lainnya.

Anom menawarkan harga yang terjangkau, mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 5 juta, tergantung tingkat kerumitan dan kualitas pembuatan wayang tersebut. Selain wayang kulit, Anom juga memproduksi wayang karakter dari plastik mika.

Baca juga : Sebanyak 1980 Rumah di Kabupaten Kediri Direhab Lewat Program Rutilahu

Meski sukses, perjalanan Anom tidak selalu mulus. Ia mengingat pengalaman-pengalaman aneh dan mistis yang pernah dialami, seperti ukuran wayang yang tiba-tiba berubah saat ia tengah menggambar sketsa untuk mal. Meskipun demikian, ia tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan terus menjalani pekerjaannya dengan tekun.

Bagi Anom, membuat wayang bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga cara untuk melestarikan budaya Jawa.

“Saya ingin meneruskan usaha keluarga dan menjaga warisan budaya yang sudah ada,” ungkapnya. Melalui pekerjaannya, ia tidak hanya menambah pengetahuan tentang wayang, tetapi juga semakin memahami pentingnya budaya asli Jawa.

“Selain untuk meneruskan usaha keluarga, banyak manfaat yang saya peroleh. Saya juga lebih memahami tentang wayang dan budaya asli Jawa,” pungkasnya.***

Reporter : Angga Prasetya
Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *