Workshop ini dihadiri oleh narasumber Prof. Dr. Soedarsono, dr., Sp. P(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Hangtuah Surabaya, dr. Retno Asih Setyaningrum, dr., Sp.A (K) dari RSUD Dr. Soetomo, serta dr. Palmalina Anggita dari RS Muhammadiyah Kota Kediri.
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan serius, terutama di Indonesia yang menempati peringkat 2 sebagai negara dengan beban TBC tertinggi di dunia.
Hal ini disebabkan oleh pengobatan yang tidak konsisten, sehingga bakteri penyebab TBC Mycobacterium Tuberculosis menjadi kebal terhadap obat-obatan.
Zanariah menambahkan bahwa tantangan dalam penanganan tuberkulosis adalah tingginya angka putus pengobatan, yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti durasi pengobatan yang lama, efek samping obat, kesulitan akses, masalah ekonomi, dan stigma negatif.
Baca juga : Rekomendasi Kuliner Tahu Campur Enak di Kediri, Ini Lokasi dan Harga Satu Porsinya
Pemerintah terus melakukan upaya pemberantasan Tuberkulosis, dengan mengingatkan agar setiap fasilitas kesehatan yang menemukan kasus TBC wajib melaporkan ke Dinas Kesehatan dan mencatat di sistem informasi Tuberkulosis. Zanariah juga menekankan pentingnya kerjasama dan sinergi antara tenaga kesehatan untuk mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030.
Dalam sambutannya, Zanariah berharap bahwa workshop ini akan membantu tenaga kesehatan memahami perkembangan terbaru dalam penanganan program TBC dan meningkatkan kompetensi mereka dalam memberikan pelayanan program TBC di seluruh fasilitas kesehatan di Kota Kediri.