Kediri – KPPN Kediri mencatat ada surplus pada APBN di wilayah Kediri Raya pada awal triwulan ketiga tahun ini. Ada surplus sebesar Rp8.767,90 miliar yang dibukukan dari pendapatan dan pengeluaran.
Awal Triwulan III 2024 atau hingga akhir Juli, penerimaan negara wilayah Kediri Raya membukukan nilai sebesar Rp14.193,98 miliar terdiri penerimaan perpajakan sebesar Rp13.879,7 miliar dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp314,28 miliar.
“Meski penerimaan tumbuh negatif sebesar 22,64 persen, namun masih terdapat surplus sebesar Rp8.767,90 miliar dari nilai belanja sebesar Rp5.426,09 miliar yang tumbuh positif sebesar 7,72 persen,” ujar Yudi Santoso, Kepala Seksi Bank KPPN Kediri.
Melihat sisi penerimaan perpajakan, KPP Pratama Kediri membukukan penerimaan sebesar Rp277,98 miliar, KPP Pratama Pare membukukan sebesar Rp502,94 miliar, sementara KPP Pratama Tulungagung membukukan Rp361,55 miliar.
Mayoritas penerimaan masih dari bea dan cukai yang di Kediri membukukan penerimaan sebesar Rp12.797,83 miliar, terdiri dari bea masuk sebesar Rp3,07 miliar dan cukai sebesar Rp12.794,75 miliar.
Baca Juga: Bupati Kediri Berharap Partisipasi Masyarakat dalam Pilkada 2024 Meningkat
Bea masuk tumbuh positif sebesar 7,95 persen sedangkan cukai mengalami kontraksi dan tumbuh negatif sebesar 24,85 persen. Ketimpangan tarif Sigaret Kretek Mesin dan Sigaret Kretek Tangan menjadi salah satu penyebab kontraksi penerimaan dari cukai, yang sebagian besar disumbang oleh PT Gudang Garam Tbk.
Sementara itu, dari sisi realisasi belanja, kinerja belanja APBN Kediri Raya telah merealisasikan sebesar Rp5.426,09 miliar. Jumlah yang direalisasikan ini setara dengan 59,34 dari pagu anggaran tahun ini yang telah ditetapkan pada akhir tahun lalu.
“Realisasi belanja ini juga lebih tinggi dari realisasi nasional 49,3 persen,” ungkapnya.
Salah satu bagian dari realisasi belanja ini adalah untuk penyaluran kredit sebagai bagian pemerintah membantu para pelaku usaha memperoleh modal dengan bunga ringan, terdiri dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ultra Mikro (UMi).
Baca Juga: Pemkot Kediri Pastikan Harga Komoditas Bahan Pokok Aman dan Terkendali, Monitoring Rutin Dilakukan
Nilai KUR yang telah salur sebesar Rp2.217,06 miliar kepada 70.378 debitur, terdapat pertumbuhan jumlah debitur 6,06 persen dan terjadi peningkatan pada nominal penyaluran sebesar 41,73 persen.
Sedangkan kredit Ultra Mikro (UMi) telah salur sebesar 32,19 miliar kepada 8.271 debitur. Angka ini terdapat penurunan, pada jumlah debitur sebesar 61,22 persen dan jumlah nominal penyaluran sebesar 55,73 persen.
Menurut Yudi, penurunan pada UMi ini sangat dimungkinkan karena debitur UMi yang sudah memenuhi kelayakan akan beralih ke Kredit Usaha Rakyat.
Reporter: Ahmad Bayu Giandika