LINGKARWILIS.COM – Kenaikan harga cabai yang melonjak hingga mencapai Rp100 ribu per kilogram ternyata memberikan berkah tersendiri bagi produsen bumbu instan di Kabupaten Jombang. Salah satunya adalah Muani (53), produsen bumbu pecel asal Desa Dukuh Klopo, Kecamatan Peterongan yang justru kebanjiran pesanan meskipun harga bahan pokok tersebut terus melambung.
Harga cabai yang merangkak dari Rp60 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram sempat membuat Muani khawatir. Untuk menutupi biaya produksi yang membengkak, ia terpaksa menaikkan harga bumbu pecel instan dari Rp45 ribu menjadi Rp50 ribu per kilogram. Meski demikian, kenaikan harga tidak menyurutkan minat para pembeli.
“Awalnya, saya takut pelanggan berkurang karena harga bumbu naik. Tapi ternyata banyak yang lebih memilih bumbu instan karena lebih praktis dan ekonomis,” ungkap Muani saat ditemui di dapur produksinya, Kamis (9/1).
Sejak harga cabai meroket, permintaan bumbu pecel instan produksi Muani meningkat pesat. Jika sebelumnya ia hanya memproduksi 50 kilogram bahan dasar per hari, kini produksinya melompat hingga dua kali lipat. “Pesanan datang tidak hanya dari dalam Jombang, tetapi juga dari Kediri, Mojokerto, dan Surabaya,” tambahnya.
Dengan lonjakan permintaan tersebut, Muani kini berhasil meraih omzet bulanan hingga Rp8 juta sampai Rp10 juta. Keberhasilan ini tidak hanya membawa berkah bagi keluarga Muani, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar yang turut membantu dalam proses produksi.
“Saya bersyukur usaha ini masih bertahan meskipun harga bahan baku naik. Harapannya, produksi bisa terus meningkat dan memenuhi kebutuhan pelanggan,” tandas Muani.
Salah satu pembeli setia, Rifatus Sa’diyah, mengungkapkan alasan mengapa ia lebih memilih membeli bumbu pecel instan. “Kalau buat sendiri, biaya cabai dan waktu yang dibutuhkan lebih besar. Jadi, lebih praktis dan hemat beli bumbu instan saja,” tutup Rifatus.