Kediri, LINGKARWILIS.COM – Ketua Kelompok Tani dan Nelayan (KTNA) Kota Kediri, Yohan Pramuda Arifianto, mendorong para petani di Kota Kediri untuk menerapkan budidaya tanaman sehat untuk menghasilkan produk padi atau beras yang berkualitas yang bernilai gizi tinggi.
Selain itu, dalam budidaya tanaman sehat, kata Yohan, produksi padi sertani tidak menggunakan pestisida sintetis atau pabrikan namun menggunakan pestisida alami yang berbahan batok kelapa.
“batok kelapa kami jadikan asap cair untuk pengendalian hama,” ujarnya di sela kegiatan panen raya di Kelurahan Tosaren Kecamatan Pesantren, Sabtu (02/03/2024).
Baca juga : Pemkab Kediri Dirikan Puluhan Posko Pangan Murah, Ini Infonya
Yohan menambahkan, budidaya tanaman sehat akan menghasilkan padi yang memiliki antibodi sehingga jika kebal atau tahan terhadap serangan hama atau penyakit.
“misalnya ada wereng yang makan, Ooo ndak enak, langsung pergi,” tambah pria muda yang juga menjadi ketua kelompok tani makmur ini.
Yohan sudah membuktikan budidaya tanaman sehat ini menghasilkan produksi padi yang volumenya meningkat selain juga biaya produksinya bisa dihemat dari sisi pembatasan penggunaan pupuk kimia.
Sebab pupuk yang digunakan adalah pupuk organik termasuk menggunakan pupuk yang diproduksi sendiri dengan bahan baku dari batu bara.
Baca juga : Angka Pernikahan Dini di Kabupaten Kediri Mencapai 429, Separonya Disebabkan Hamil Duluan
“penggunaan pupuk kimia untuk 0,3 hektar dari awal sampai panen, total pupuk taburnya cuma 200 Kg,” katanya.
“Hasil yang kami dapatkan saat ini adalah beras yang baik, bernilai gizi tinggi sehingga bisa menekan angka stunting,” sambungnya.
Yohan juga menyampaikan terimakasih pada petugas dari Dinas Pertanian, PPL Pertanian, Bhabinkamtibmas dan Babinsa setempat yang selalu mendampingi para petani termasuk sebagai tempat curhat urusan pertanian.
“Terimakasih kami sampaikan pada semua pihak yang mendukung upaya peningkatan kualitas pangan ini,” ucapnya.
Sementara itu pada panen raya kali ini diperoleh hasil sebanyak 7,8 ton per hektar, jauh meningkat dari prediksi awal yang hanya 6 ton per hektar.***
Reporter : Agus Sulistyo Budi
Editor : Hadiyin