Kediri, LINGKARWILIS.COM – Persoalan tarikan dana sewa lapak dan retribusi pedagang di Pasar Semen Kabupaten Kediri ternyata juga dipicu buruknya pengelolaan pasar dimana perbaikan lapak atau kios dan fasilitas pasar tidak diperhatikan.
Pedagang menilai percuma sewa lapak atau kios dan bayar retribusi tetapi kondisi lapak tidak mendukung aktivitas perdagangan, salah satunya penyangga lapak yang rusak dan atap yang jebol, padahal kini sudah musim penghujan.
“kalau hujan banyak yang bocor,” ujar Wahyu salah satu pedagang empon-empon di Pasar Semen, Selasa (02/01/2024).
Baca juga : Polisi Tangkap Terduga Pembunuh Dua Wanita di Shelter Anjing di Blitar, Ini Identitasnya
Kata Wahyu, logikanya, ketika ada dana sewa lapak dan retribusi terkumpul maka seharusnya perbaikan lapak diutamakan agar pedagang pasar nyaman.
“kecuali tidak ada duitnya, lha ini ada e, pedagang sebelumnya ya bayar sewa lapak dan retribusi, tapi tidak ada perbaikan, trus duitnya kemana,” ucap Wahyu dengan nada bertanya.
Wahyu juga prihatin kepala Pasar Semen posisinya kosong, padahal keberadaan kepala pasar sangat penting sebagai penanggung jawab pengembangan pasar.
“lha lek ra enek seng tanggung jawab masalah pasar, yo wes embuh mas,” lanjutnya.
Apa yang disampaikan Wahyu sebagai pedagang dibenarkan Imam Suhadi, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Semen yang saat ini tidak aktif.
“Pedagang punya alasan mengapa sulit ditagih kewajibannya membayar sewa lapak, karena alasannya kewajiban diharuskan tetapi fasilitas pedagang tidak pernah dipenuhi, keluhan pedagang juga tidak pernah diperhatikan, makanya waktu itu paguyuban kesulitan untuk menarik sewa lapak,” jelas Imam Suhadi.
Sementara itu, Rizky dan Samsul Huda, pengelola pasar yang selama ini aktif menarik retribusi di Pasar Semen dihubungi via telepon oleh jurnalis Lingkarwilis.com, keduanya tidak mau menjawab meski nada berdering.
Tidak jelas alasan mengapa pengelola pasar cenderung tertutup dan tidak transparan. Mengingat ketika dikonfirmasi via telepon tidak pernah merespon positif.***
Reporter : Agus Sulistyo Budi
Editor : Hadiyin