Kediri, LINGKARWILIS.COM – Berdasarkan catatan sejarah, Masjid Agung Kota Kediri telah berdiri sejak tahun 1771 M, sebagaimana tertulis pada prasasti di puncak joglo atap bangunan induk masjid lama yang berlokasi di Kelurahan Banaran.
Ini menjadikan Masjid Agung berusia 242 tahun hingga saat ini. Meskipun demikian, masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi untuk menjaga keberlangsungannya.
Salah satu bagian bersejarah yang masih terawat adalah mimbar masjid, yang dibuat pada tahun 1242 Hijriyah, atau sekitar 192 tahun lalu. Menurut keterangan yang ada, sebelumnya terdapat mimbar yang lebih tua, namun keberadaannya tidak lagi dapat dilacak karena rusak termakan usia.
Baca juga : Polemik Penghentian Prodamas oleh Pj Walikota Kediri Terjawab, Program Tetap Berlanjut
Masjid Agung Kota Kediri, sejak pertama kali didirikan hingga saat ini, berlokasi di Dusun Kauman, Kelurahan Kampungdalem, Kecamatan Kota Kediri, dengan alamat di Jalan Panglima Besar Soedirman No. 160, Kota Kediri, Jawa Timur.
Masjid ini telah mengalami berbagai perubahan signifikan. Salah satu renovasi besar dilakukan pada tahun 1928, tepatnya pada hari Rabu Wage tanggal 6 Safar 1347 H, atau bertepatan dengan 25 Juli 1928 M. Renovasi ini dilakukan atas prakarsa Bupati Kediri saat itu. Prasasti marmer pada pintu gerbang masjid mencatat peristiwa ini.
Renovasi selanjutnya terjadi secara bertahap, di antaranya pada tahun 1986 ketika bangunan serambi masjid diperbarui. Renovasi besar lainnya berlangsung antara tahun 2002 hingga 2006, di mana dilakukan perbaikan total, termasuk penyesuaian arah kiblat dan penambahan menara. Renovasi ini diresmikan pada tanggal 10 Muharram 1426 H, atau 9 Februari 2006.
Baca juga : Calon Walikota Kediri, Bunda Fey, Blusukan di Kelurahan Kampung Dalem, Ini yang Disampaikan pada Warga
Masjid Agung Kota Kediri tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah seperti salat lima waktu, salat Jumat, serta salat Idul Fitri dan Idul Adha, tetapi juga menjadi pusat berbagai kegiatan masyarakat. Rifki, seorang pengurus masjid, menyampaikan bahwa kegiatan seperti seminar dan akad nikah juga sering dilakukan di masjid ini.
Salah satu tradisi lama yang pernah menjadi ciri khas Masjid Agung adalah “Blangguur,” yakni suara petasan yang meledak di udara sebagai tanda masuknya waktu salat Maghrib dan berbuka puasa di bulan Ramadan. Namun, tradisi ini telah digantikan dengan sirine yang dipancarkan dari menara masjid, sebagaimana disampaikan oleh Ibu Amalia, salah satu takmir masjid.
Masjid Agung Kota Kediri terus menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial, sekaligus menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota yang kaya akan budaya dan spiritualitas.***
Penulis : Ina/Tira
Editor : Hadiyin