LINGKARWILIS.COM – Warga Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu baru-baru ini dikejutkan dengan kematian mendadak puluhan sapi. Peristiwa ini terjadi secara bergantian, melibatkan belasan peternak di desa tersebut.
Indra Gunawan, salah satu peternak yang terkena dampak mengungkapkan kejadian yang dialaminya pada Minggu malam (18/8/2024). “Sapi saya tiba-tiba jatuh dan mati. Sebelumnya, sapi dalam keadaan sehat dan gemuk. Namun, tiba-tiba ambruk dan mati tanpa ada tanda-tanda sakit,” kata Indra pada Kamis (22/8).
Indra menjelaskan bahwa kematian mendadak pada sapi bukan pertama kalinya terjadi karena beberapa peternak lain juga mengalami hal serupa.
Peternak merasakan adanya kejanggalan sebab biasanya penyakit pada sapi ditandai dengan gejala seperti penurunan nafsu makan. Namun berbeda dengan sapi mereka yang masih terlihat sehat dan mau diberi makan sebelum mati.
Kepala Desa Beji, Deny Cahyono juga mengalami kejadian serupa,di mana salah satu sapinya mati mendadak dengan gejala yang sama, hidung sapi mengeluarkan serta tubuhnya kaku.
Deny menjelaskan bahwa fenomena ini sudah terjadi sejak awal tahun 2024 dimulai dari Februari dan terakhir kali terjadi pada 19 Agustus.
“Peristiwa ini terjadi di waktu yang berbeda pada peternak yang berbeda. Misalnya, satu kandang pada hari Senin, kemudian pada hari Kamis terjadi lagi di kandang lain, dan seterusnya,” jelasnya.
Menurut Deny total ada 11 peternak yang terkena dampak dengan sekitar 21 ekor sapi mati, ia juga menduga bahwa kematian sapi ini disebabkan oleh keracunan, kemungkinan dari bahan kimia seperti potassium.
Deny melaporkan kejadian ini ke Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Batu serta pihak kepolisian. “Kami menduga keracunan akibat racun, dan telah melaporkan kepada pihak berwenang serta dokter hewan di Puskeswan,” terangnya.
Dokter hewan dari Puskeswan RPH Kota Batu, Wulandari, menjelaskan bahwa pemeriksaan pada organ sapi yang mati menunjukkan perubahan warna yang mencurigakan.
“Lambung yang biasanya berwarna hijau berubah menjadi merah, dan usus yang sehat berwarna putih juga berubah menjadi kemerahan,” ujar Wulandari.
Wulandari menambahkan bahwa perubahan warna ini mengindikasikan adanya keracunan, di mana racun dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Namun, penyebab pasti dari keracunan tersebut belum dapat dipastikan.
Reporter : Arief Juli Prabowo
Editor: Shadinta Aulia Sanjaya