LINGKARWILIS.COM – Selama tiga tahun terakhir, sejumlah kasus wisatawan terseret ombak di pantai-pantai Tulungagung terus terjadi hingga memakan korban jiwa. Berdasarkan data yang didapat, kasus terparah terjadi pada tahun 2023 dengan korban mencapai enam orang wisatawan.
Menurut Kapolres Tulungagung, AKBP Mohammad Taat Resdi, sejak tahun 2022 hingga 2024 telah terjadi sembilan kasus kecelakaan wisata yang menimpa wisatawan saat berkunjung ke pantai Tulungagung
Korban yang tercatat berasal dari berbagai daerah, termasuk penduduk lokal Tulungagung dan wisatawan dari luar kota seperti Nganjuk, Kediri, Blitar, Trenggalek, hingga Tapanuli, Sumatera. Namun, mayoritas korban diketahui adalah wisatawan luar kota yang baru pertama kali berkunjung ke Tulungagung.
Berdasarkan data, dari sembilan kasus kecelakaan tersebut, total korban jiwa mencapai 13 orang. Tahun 2023 menjadi periode dengan jumlah kasus dan korban tertinggi.
Video Detik-detik Siswa Kampung Inggris Terseret Ombak Pantai Kedungtumpang
Rinciannya, pada tahun 2022 terdapat tiga kasus dengan lima korban jiwa. Pada tahun 2023, jumlah kasus meningkat menjadi empat dengan enam korban jiwa. Sementara pada tahun 2024, kasus menurun menjadi dua dengan dua korban jiwa.
AKBP Taat menambahkan jumlah korban sangat besar sehingga diperlukan peningkatan keamanan di lokasi wisata pantai.
Ia menekankan bahwa penjaga pantai harus melakukan patroli rutin dengan dilengkapi peralatan penyelamatan dan pengeras suara.
Penjaga juga diminta untuk mengambil tindakan tegas guna mencegah wisatawan memasuki zona bahaya di kawasan pantai.
Video Detik-detik Siswa Kampung Inggris Terseret Ombak Pantai Kedungtumpang
Selain itu, ia mengimbau agar pengelola pantai segera merumuskan zona berbahaya dan zona aman bagi wisatawan. Penandaan dapat dilakukan menggunakan bendera sebagai peringatan di lokasi tertentu.
Kapolres Tulungagung juga menyampaikan harapannya agar kasus serupa tidak terulang. Meski berbagai langkah pencegahan telah dilakukan, jika masih terjadi korban jiwa, hal tersebut dianggap sebagai musibah yang berada di luar kendali manusia.