Daerah  

Pecut Samandiman, Warisan Budaya yang Harus Dijaga di Tengah Arus Modernisasi

Pecut samandiman perlu dijaga.kediri
Muhammad Hanif, Seniman dan Budayawan Kota Kediri (bidu)

Kediri, LINGKARWILIS.COM – Muhammad Hanif, seorang seniman asal Kediri, menekankan pentingnya melestarikan seni tradisional pecut Samandiman sebagai bagian dari identitas budaya yang berharga. Baginya, pecut Samandiman bukan hanya alat hiburan, tetapi warisan budaya dengan nilai historis mendalam dan kaya akan makna.

Dalam wawancara mengenai Pecut Samandiman, Hanif mengisahkan bahwa seni ini memiliki akar sejarah yang panjang di Kediri.

Awalnya, pecut Samandiman muncul sebagai bagian dari ritus keagamaan dan upacara adat, dipercaya memiliki kekuatan magis untuk mengusir roh jahat dan melindungi.

Baca juga : Dewan Kabupaten Kediri Setujui Raperda Penyelenggaraan Kearsipan dan KUA PPAS APBD 2025 Tepat Waktu

Nama ‘Samandiman’ sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘penyembuhan’ atau ‘pemulihan,’ mencerminkan peran seni ini dalam kehidupan spiritual masyarakat.

Seiring waktu, Pecut Samandiman berkembang menjadi seni pertunjukan yang dihormati, dengan gerakan dan teknik yang rumit serta simbolisme yang mendalam.

Setiap cambukan dan gerakan dalam pertunjukan ini memiliki makna tertentu, mencerminkan nilai-nilai moral, keberanian, dan keteguhan hati.

Baca juga : Menteri Luar Negeri Yordania Sebut Agresi Israel Terhadap Palestina Merupakan Ancaman Paling Serius Terhadap Stabilitas Regional

Seni ini sering dipentaskan dalam acara-acara penting seperti perayaan desa dan upacara adat, menjadi simbol keberanian dan kehormatan.

Namun, Hanif menyadari bahwa Seni Pecut Samandiman kini menghadapi tantangan dari arus modernisasi yang mengancam nilai-nilai tradisionalnya. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, untuk berperan aktif dalam melestarikan seni ini.

Salah satu strategi yang ia usulkan adalah mengintegrasikan seni pecut Samandiman dalam pendidikan dan kegiatan kebudayaan yang melibatkan generasi muda.

“Tanpa dukungan yang kuat dari masyarakat dan pemerintah, seni ini bisa terancam punah. Ini bukan hanya soal melestarikan tradisi, tetapi juga menjaga identitas dan jati diri budaya kita,” tegas Hanif, Rabu (14/8/2024).

Hanif juga menekankan bahwa pelestarian seni tradisional seperti pecut Samandiman tidak hanya berdampak pada kebudayaan, tetapi juga memperkuat karakter dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan nenek moyang mereka.

Menurutnya, menjaga seni tradisional adalah upaya menjaga akar budaya yang telah membentuk bangsa.

“Pecut Samandiman diwariskan turun-temurun, menjadikannya simbol kelestarian alam dan kebijaksanaan leluhur yang tetap relevan hingga kini,” pungkas Hanif.***

Reporter : Agus Sulistyo Budi
Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *