Puluhan Kambing Mati Mendadak di Ponorogo Bukan Akibat PMK, Ini Penjelasannya

Puluhan Kambing Mati Mendadak di Ponorogo Bukan Akibat PMK
Kepala Bidang Peternakan, Kesehatan Hewan, dan Perikanan (PKHP) Dispertahankan Ponorogo, drh. Siti Barokah (Sony)

Ponorogo, LINGKARWILIS.COM – Kasus kematian mendadak puluhan kambing di Desa Pomahan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, dalam sebulan terakhir menarik perhatian Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) setempat.

Hasil pemeriksaan memastikan penyebab kematian tersebut bukan karena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Kepala Bidang Peternakan, Kesehatan Hewan, dan Perikanan (PKHP) Dispertahankan Ponorogo, drh. Siti Barokah, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan uji sampel terhadap kambing yang mati.

“Kami pastikan kematian ini bukan disebabkan oleh PMK, tetapi faktor lain yang harus dipahami oleh para peternak,” ujar Siti, Senin (6/1/2025).

Baca juga : Pisah Sambut Kapolsek Semen Polres Kediri Kota, AKP Ni Ketut Suarningsih : Terimakasih Atas Dukungan Masyarakat Selama Saya Menjabat

Menurut Siti, kambing-kambing tersebut mati akibat bloat tympani—gangguan pencernaan yang disebabkan penumpukan gas dalam lambung. Kondisi ini dipicu oleh pakan dengan kadar air tinggi akibat curah hujan yang meningkat pada awal Desember 2024.

“Rumput basah yang dikonsumsi langsung oleh ternak berisiko menyebabkan perut kembung karena gas menumpuk, menekan diafragma, paru-paru, dan jantung, sehingga berujung pada kematian,” jelasnya.

Idealnya, lanjut Siti, rumput basah perlu dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak. Namun, minimnya sinar matahari untuk proses penjemuran saat musim hujan memperburuk situasi.

Baca juga : Harga Cabai dan Minyak Naik Tajam Pasca Tahun Baru, Pedagang Tahu Tek di Kediri Sambat

“Bisa dikatakan ini semacam keracunan akibat pakan yang tidak diolah dengan benar,” tambahnya.

Dari data Dispertahankan, kasus ini pertama kali dilaporkan pada awal Desember 2024 dengan 44 ekor kambing mati. Hingga awal Januari 2025, jumlahnya bertambah menjadi lebih dari 80 ekor, yang mayoritas berasal dari RT 2/2, Dukuh Pohijo, Desa Pomahan.

Untuk mencegah kasus serupa, Dispertahankan mengimbau para peternak:

  1. Melayukan rumput atau pakan basah sebelum diberikan ke ternak.
  2. Menjaga kebersihan kandang melalui sterilisasi rutin.
  3. Memberikan vitamin dan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh kambing.
  4. Menyemprotkan disinfektan secara berkala di area kandang

Siti menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap perubahan cuaca yang berdampak pada pakan ternak. “Kami berharap para peternak lebih memperhatikan kualitas pakan dan lingkungan kandang untuk mencegah kematian massal serupa,” tutupnya.

Kasus ini menjadi pengingat bagi para peternak untuk lebih teliti dalam manajemen pakan, terutama di musim hujan, guna menghindari kerugian besar akibat kematian ternak secara mendadak.***

Reporter: Sony Dwi Prastyo

Editor: Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *