Nganjuk, LINGKARWILIS.COM – Ribuan pendukung pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Nganjuk berkumpul di sekitar Gedung Wanita Kabupaten Nganjuk pada Rabu (6/11/2024) untuk mendukung calon mereka dalam debat publik bertema “Memajukan Daerah Kabupaten Nganjuk Melalui Sektor Ekonomi dan Infrastruktur”. Massa mulai berdatangan sejak pukul 15.00 WIB, berasal dari berbagai wilayah di Nganjuk.
Namun, banyak pendukung merasa kecewa karena tidak adanya fasilitas nonton bareng (nobar) di luar gedung. Tidak ada layar lebar yang disediakan, membuat ribuan pendukung hanya dapat duduk-duduk, memainkan ponsel, atau mondar-mandir sambil meneriakkan yel-yel sesekali.
Ketua KPU Nganjuk, Arfi Musthofa, menjelaskan bahwa akses masuk ke dalam gedung memang dibatasi untuk menjaga ketertiban.
“Kami sudah sepakati dengan tim paslon, hanya beberapa perwakilan yang bisa masuk. Membuka akses secara umum tidak memungkinkan. Meski demikian, kami sudah menyediakan siaran langsung di YouTube KPU Nganjuk dan JTV,” ujar Arfi.
Baca juga : Polisi Peduli Keselamatan, Seberangkan Siswa SD di Jalan Besar Kediri-Blitar
Menanggapi kritik terkait ketiadaan fasilitas layar lebar di luar gedung, Arfi menegaskan bahwa area sekitar gedung memang telah disterilkan untuk menjaga keamanan acara. “Area gedung sudah ditetapkan steril. Oleh karena itu, kami tidak menyediakan layar lebar di sekitar lokasi,” jelasnya.
Selain keterbatasan akses, KPU Nganjuk juga menerima kritik terkait jadwal debat yang berlangsung pada pukul 15.00 hingga 17.00 WIB, dianggap tidak ideal oleh sebagian masyarakat. Salah satu komentar datang dari akun Instagram @ajisetyo_mukti yang menilai jadwal tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan warga Nganjuk, terutama para pekerja dan petani yang biasanya pulang setelah pukul 16.00 WIB.
“Debat seharusnya diadakan di waktu yang memungkinkan masyarakat luas untuk menonton, mengingat banyak warga masih bekerja pada jam tersebut,” tulis akun @ajisetyo_mukti.
Acara debat itu menjadi bagian penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang program dan visi para calon, namun keterbatasan akses serta waktu pelaksanaan yang dinilai kurang ideal memicu berbagai tanggapan dari publik.***
Reporter: Inna Dewi Fatimah
Editor : Hadiyin
