Ketua Tim Peneliti, Shanti Ike Wardani, S.AB., M.Si., menjelaskan bahwa pendampingan dilakukan secara rutin setiap minggu oleh tim yang melibatkan dosen dan mahasiswa. “Tujuan utama program ini adalah membantu pengrajin memanfaatkan digital marketing untuk menjangkau pasar global dan mengubah pola bisnis mereka dari B2B ke B2C,” ujar Shanti pada Senin (2/12).
Program ini melibatkan pelatihan intensif dalam penggunaan alat digital seperti Google Trends untuk analisis pasar, visual branding, serta pemasaran melalui media sosial. Selain itu, pengrajin juga dibimbing untuk mengintegrasikan produk mereka ke berbagai platform seperti toko fisik, e-commerce, dan aplikasi mobile guna menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih mudah bagi konsumen.
Baca juga : Wakil Bupati Kediri Sebut Target PAD Kabupaten Kediri pada 2025 Capai 800 Miliar
Salah satu pengrajin yang mendapatkan manfaat adalah Anas Faesol dari Jalan Mahakam No. 125, Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar. Dengan bantuan ini, produk Bathok Koi diharapkan mampu menarik minat pelanggan internasional.
Program ini tidak hanya membantu pengrajin, tetapi juga menjadi sarana praktik mahasiswa AKN. “Kami ingin mahasiswa belajar langsung dari proses inovasi pemasaran ini, sehingga mereka mendapatkan pengalaman nyata yang relevan dengan dunia kerja,” tambah Shanti.
Didukung oleh hibah Program Inovasi Kreatif untuk Mitra Vokasi (INOVOKASI) 2024 dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, program ini diharapkan dapat memperkuat posisi pengrajin Bathok Koi di pasar global sekaligus meningkatkan pendapatan mereka.
Baca juga : Polisi Amankan Perempuan Asal Puncu Kediri, Diduga Pengedar Pil Dobel L
“Pendampingan ini bukan hanya untuk membuka peluang pasar baru, tetapi juga membangun citra positif dan meningkatkan kredibilitas pengrajin di mata konsumen global,” tutup Shanti.
Reporter: Aziz Wahyudi
Editor : Hadiyin