Daerah  

Anjloknya Partisipasi Pilkada 2024 di Tulungagung, Pengamat Ungkap Tiga Faktor Utama

Anjloknya Partisipasi Pilkada 2024 di Tulungagung, Pengamat Ungkap Tiga Faktor Utama
Partisipasi-Pengamat Politik, Universitas Bhinneka PGRI (UBHI) Tulungagung, Andreas Andrie Djatmiko saat memberikan pernyataan soal anjloknya tingkat partisipasi masyarakat pada Pilkada kemarin (isal/Lingkar)

LINGKARWILIS.COM – Pelaksanaan Pilkada 2024 di Tulungagung menyisakan pekerjaan rumah besar bagi penyelenggara pemilu. Tingkat partisipasi masyarakat tercatat mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya dan hal ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.

Berdasarkan data sementara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tulungagung, partisipasi masyarakat dalam Pilkada 2024 hanya mencapai 71 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 866.030 pemilih. Angka ini jauh di bawah target 80 persen yang ditetapkan oleh penyelenggara.

Sebagai perbandingan, pada Pemilu 2024, partisipasi masyarakat di Tulungagung mencapai 82 persen dari DPT sebesar 858.807 pemilih, apabila dibandingkan maka menunjukkan penurunan tajam dalam keterlibatan masyarakat.

Pelanggaran Netralitas ASN, Dua PPPK Tulungagung Dipotong Gaji 8 Bulan

Tiga Faktor Penyebab Tingginya Golput

Pengamat politik dari Universitas Bhinneka PGRI (UBHI) Tulungagung, Andreas Andrie Djatmiko, menyoroti tingginya angka golput sebesar 29 persen pada Pilkada 2024. Ia mengidentifikasi tiga faktor utama yang menjadi penyebab rendahnya partisipasi tersebut:

1. Kurangnya Sosialisasi Sosok Paslon

Andreas menjelaskan bahwa meskipun pihak penyelenggara telah melakukan sosialisasi, banyak masyarakat yang belum mengenal pasangan calon (paslon) kepala daerah secara mendalam.

Ketidaktahuan ini menimbulkan keraguan dalam memilih sehingga sebagian masyarakat memilih untuk golput. “Masih banyak yang belum tahu siapa saja paslon, latar belakang mereka, atau program yang mereka tawarkan,” ujar Andreas.

Pelanggaran Netralitas Pilkada, Kades Tanggulturus Hanya Dijatuhi Sanksi UU Desa

2. Pengaruh Serangan Fajar

Faktor kedua adalah praktik serangan fajar yang masih terjadi di tengah masyarakat. Meskipun nilainya kecil, sekitar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per suara, hal ini tetap memengaruhi pilihan masyarakat.

Banyak pemilih yang enggan berpartisipasi jika tidak mendapatkan serangan fajar. Andreas menyebut, fenomena ini terlihat dari banyaknya komentar di media sosial yang menantikan serangan fajar menjelang Pilkada.

3. Kecewanya Pemilih Idealis

Andreas juga menyoroti adanya golongan pemilih idealis yang kecewa dengan kualitas paslon berdasarkan hasil debat publik sebelum pemilihan.

Pemilih ini menilai tidak ada paslon yang mampu memberikan solusi konkret dan strategi realistis atas program yang mereka usung.

“Debat publik terasa hambar karena tidak ada paslon yang menjelaskan langkah nyata mereka jika terpilih,” katanya.

Penurunan partisipasi masyarakat ini menjadi peringatan serius bagi penyelenggara Pilkada di Tulungagung. Selain meningkatkan sosialisasi, penting untuk memastikan kualitas debat dan kampanye yang mampu menarik minat masyarakat untuk memilih.

Reporter : Mochammad Sholeh Sirri
Editor : Shadinta Aulia Sanjaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *