Ponorogo, LINGKARWILIS.COM – Ribuan warga memadati Alun-Alun Ponorogo untuk mengikuti pengajian yang dipimpin oleh KH Muhammad Ali Shodiqin, yang akrab disapa Gus Ali Gondrong, dalam rangka memperingati ulang tahun ke-10 Komunitas Mafia Sholawat, Kamis (9/11/2023) malam.
Selain itu, Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo juga berpartisipasi dalam acara tersebut melalui sambungan video call (vidcall), disaksikan oleh ribuan warga yang hadir.
Dalam vidcall tersebut, mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut menyampaikan permintaan maafnya karena tidak dapat hadir secara langsung di acara peringatan ulang tahun Mafia Sholawat ke-10 di tengah masyarakat Ponorogo. Ganjar menyatakan bahwa sebelumnya ia berharap dapat bergabung dalam acara tersebut, namun agenda yang padat membuatnya tidak dapat hadir.
“Sebelumnya saya minta maaf, belum bisa hadir, meski sebenarnya ingin sekali mengikuti shalawatan Gus Ali. Selamat untuk Mafia Sholawat yang ultah ke-10 tahun,” ujar Ganjar.
Ganjar juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Ponorogo yang hadir dalam acara tersebut, sambil mengenang kunjungannya ke Ponorogo beberapa waktu lalu, di mana ia diajak oleh Bupati Sugiri Sancoko untuk menikmati berbagai kuliner khas, seperti sate ayam hingga dawet Jabung.
“Ponorogo selalu bikin kangen, apalagi kulinernya yang khas dan enak sekali,” tambahnya.
Selain itu, Ganjar menyampaikan pesan kepada masyarakat Ponorogo untuk mendoakan Palestina yang sedang mengalami konflik.
Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki peran dan inisiatif untuk menghentikan perang di Palestina, yang telah menelan korban jiwa akibat kekejaman dari Israel.
“Ini kesempatan Indonesia untuk mengambil peran dan inisiatif guna menghentikan perang yang ada di Palestina,” tegas Ganjar.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Ganjar juga memberikan pesan kepada masyarakat Ponorogo agar tetap menjaga persatuan, terutama di tengah situasi politik yang memanas selama tahun politik ini.
Ia menekankan perlunya menjaga kehangatan hati dan pikiran meskipun situasi politik mungkin memanas.
“Politik mungkin boleh panas, namun hati dan pikiran harus tetap dingin,” tutupnya.***
Reporter : Sony Dwi Prastyo
Editor : Hadiyin