Daerah

Kasihan, Pelajar di Tulungagung Sudah Tidak Lagi Dijemput Bus Sekolah Gratis, Ini Sebabnya

Sekolah di Tulungagung Sudah Tidak Lagi Dijemput Bus Sekolah Gratis Sekolah di Tulungagung Sudah Tidak Lagi Dijemput Bus Sekolah Gratis
Tulungagung,  Lingkarwilis.com – Pelajar di Tulungagung selama ini difasilitasi transportasi gratis antar jemput menggunakan bus sekolah. Tetapi sekarang sudah tidak lagi. Sebab ada pemangkasan anggaran yang bersumber dari APBD.
Pemkab Tulungagung memotong biaya operasional kendaraan (BOK) bus sekolah gratis sehingga tidak mencukupi sampai dengan akhir tahun 2023.

Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Tulungagung, Setiono mengatakan, tahun 2022 lalu, anggaran BOK senilai Rp 1,2 miliar. Sedangkan memasuki tahun 2023 dipangkas separuh menjadi Rp 600 juta dari APBD murni.

Diketahui, BOK tersebut bukan hanya untuk bus sekolah saja, melainkan termasuk untuk perawatan kendaraan Patwal, mobil perbaikan PJU dan lain-lain.

Akibatnya, biaya BOK bus sekolah gratis mau tidak mau juga harus dipangkas mengingat pihaknya harus membagi ketersediaan anggaran tersebut.

“Setelah kita melakukan penghitungan, anggaran BOK kami hanya sisa Rp 20 juta, sehingga terpaksa operasional bus sekolah gratis tidak menjemput pulang sekolah mulai 11 September 2023,” kata Setiono, Kamis (7/9/2023).

Terkait operasional bus sekolah sendiri, ungkap Setiono, pihaknya saat ini memiliki sembilan unit bus sekolah. Yang mana satu unit bus keluaran sekitar tahun 2003 dan empat unit bus keluaran antara tahun 2013 an.

Sedangkan untuk empat unit bus sekolah sisanya merupakan keluaran antara tahun 2003 sampai dengan 2013an. Setiap tahunnya, rata-rata biaya bahan bakar bus sekolah tersebut menghabiskan anggaran BOK senilai Rp 60 juta sampai dengan Rp 84 juta.

Sedangkan untuk kendaraan operasional lainnya, biaya untuk bahan bakarnya sudah ditetapkan secara aturan yakni hanya senilai Rp 36 juta untuk satu tahun.

“Kalau bus sekolah ini bukan termasuk ke dalam kendaraan operasional, melainkan tergolong kendaraan khusus,” ungkapnya.

Mahalnya biaya bahan bakar bus sekolah, jelas Setiono, dikarenakan bus sekolah beroperasi setiap harinya yang tentunya juga melalui rute jauh.

Rutenya sendiri dimulai dari Kantor Dishub Tulungagung menuju tujuh kecamatan yang menjadi trayek dari setiap bus untuk melayani keberangkatan dan kepulangan siswa.

Menurut Setiono, pihaknya bahkan siap mengajak instansi lain untuk membuktikan perhitungannya terhadap konsumsi dan biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar bus tersebut.

Dimana untuk rute terjauh menghabiskan biaya Rp 7 juta dan Rp 5 juta untuk rute pendek setiap bulannya.

“Bus sekolah kami melayani tujuh kecamatan yakni Kecamatan Kalidawir, Bandung, Gondang, Karangrejo, Ngunut, Ngantru dan Tulungagung Kota,” jelasnya.

Selain perkara bahan bakar, ujar Setiono, akibat tingginya operasional bus tersebut mengakibatkan beberapa komponen juga harus rutin diganti demi keselamatan penumpang.

Salah satunya seperti komponen ban yang mana usianya hanya satu tahun untuk setiap bus dimana satu bus memerlukan enam ban baru. Belum lagi oli mesin harus dilakukan pergantian antara dua sampai tiga bulan sekali tergantung dengan kilometer yang sudah dilalui bus tersebut.

Bahkan setiap tiga kali ganti oli mesin, maka oli gardan juga dilakukan penggantian agar mesin bus tersebut tetap prima dalam melayani antar jemput siswa sekolah.

“Rincian itu belun termasuk perkara aki, servis AC ataupun mengganti onderdil lain mengingat bus yang kami miliki sudah berumur. Kita sudah berupaya mengajukan tambahan anggaran di PAK, ternyata belum disetujui,” pungkasnya.***

Reporter : Mochammad Sholeh Sirri
Editor : Hadiyin

Leave a Reply