Kelurahan Tosaren Gelar Grebeg Suro, Salah Satu Upaya Melestarikan Budaya Jawa

elurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, menggelar Tradisi Grebeg Suro Bersih Desa
elurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, menggelar Tradisi Grebeg Suro Bersih Desa (bidu)

Kediri, LINGKARWILIS.COM – Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Kediri ke-1145 tahun 2024, Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri menggelar Tradisi Grebeg Suro Bersih Desa di Padukuhan Tirtoudan,  minggu (21/7/2024).

Acara yang berlangsung meriah ini merupakan inisiatif dari Paguyuban Kademangan Tirtoyudho.
Rangkaian kegiatan Grebeg Suro kali ini meliputi kirab budaya, jamasan pusaka, tawur tumpeng agung, wilujengan, kembul jenang suro, pertunjukan kesenian kuda lumping, dan doa bersama di punden Mbah Demang.

Tema yang diusung tahun ini adalah “Durga Mendak Kala Sirna Murih Hayuning Sasami”, yang bermakna menjaga keharmonisan dan kemakmuran bersama.

Baca juga : Gerindra Dukung Mas Dhito untuk Memimpin Lagi Kabupaten Kediri, Pasangannya Roaitu Lafif Laha

Kepala Kelurahan Tosaren, Joko Prayitno, SE, mengungkapkan bahwa kegiatan Grebeg Suro ini tidak hanya sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa tetapi juga mempererat silaturahmi antar warga.
“Warga sangat antusias mengikuti dan memeriahkan acara ini,” ujarnya.

Joko juga menambahkan bahwa acara ini terlaksana berkat dukungan anggaran dari pemerintah daerah dalam memperingati Hari Besar Islam (PHBI).

Kegiatan kirab budaya menempuh jarak sekitar tiga kilometer, dimulai dari samping kantor Kelurahan Tosaren hingga finish di Pedanyangan Mbah Demang Tirtoyudho di Padukuhan Tirtoudan.

Baca juga : Saksikan Pelantikan Pengurus Baru PD DMI, Pemkot Kediri Siap Lanjutkan Sinergitas

Seluruh warga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, mengenakan pakaian adat Jawa dan membawa arak-arakan berupa buceng, gunungan sayur-sayuran, serta kesenian jaranan seperti pembarong, caplokan, pentulan, dan penari kuda lumping.

Keunikan acara ini juga terlihat dengan partisipasi warga Perancis, Christoper, yang mengenakan pakaian adat Jawa dan mengikuti kirab hingga punden Mbah Demang untuk doa bersama.

Adi Santoso, salah satu warga Tirtoudan, menyampaikan bahwa tradisi Grebeg Suro ini menjadi momen penting bagi warga untuk berkumpul, gotong royong, dan saling tolong menolong.

“Semoga setiap tahun tetap digelar,” ucapnya.

Acara grebeg suro ini ditutup dengan doa bersama dan tasyakuran atau selamatan di makam Kademangan Tirtoyudo.***

Reporter : Agus Sulistyo Budi
Editor: Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *