Lebih dari 1.000 Musisi Dunia Boikot Israel Lewat Kampanye ‘No Music for Genocide’

Lebih dari 1.000 Musisi Boikot Israel Lewat Kampanye ‘No Music for Genocide’
Ilustrasi demo seruan Gerakan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi) terhadai Israel. (Foto: BDS Movment)

LINGKARWILIS.COM – Lebih dari seribu musisi dari berbagai negara ikut ambil bagian dalam kampanye internasional No Music for Genocide. Mereka berkomitmen menarik peredaran karya musik mereka dari Israel sebagai bentuk dukungan terhadap seruan Palestina untuk “mengisolasi dan mendelegitimasi” negara tersebut.

Dilansir dari Quds News, aksi boikot ini mulai diumumkan secara terbuka sejak September. Para musisi meminta label serta distributor untuk melakukan pemblokiran wilayah, sehingga lagu-lagu mereka tidak dapat diputar di Israel.

Di laman resmi kampanye, boikot ini disebut sebagai langkah awal untuk menghormati tuntutan Palestina agar Israel diisolasi di tingkat global.

Meski gencatan senjata telah diberlakukan pada 10 Oktober, pihak penyelenggara tetap melanjutkan kampanye boikot karena dugaan pelanggaran gencatan senjata masih terus terjadi di Gaza.

Baca juga : Hamas Sambut Pengakuan Palestina oleh Inggris, Kanada, dan Australia, Desak Langkah Nyata Hentikan Agresi Israel

Salah satu peserta, penyair blues Aja Monet, mengatakan kepada NPR bahwa boikot merupakan “cara efektif dan konsisten” untuk menentang apa yang disebutnya sebagai sistem represif yang kejam dan militeristik.

Kampanye musisi internasional ini juga beriringan dengan seruan boikot serupa dari sejumlah aktor Hollywood terhadap industri film Israel yang mendapat dukungan negara.

Pada September lalu, sebuah komisi investigasi independen PBB menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan tindakan genosida di Gaza. Negara-negara pendukung, termasuk Amerika Serikat yang memasok senjata, dinilai ikut bertanggung jawab atas kejahatan tersebut.

Selama dua tahun konflik di Gaza, lebih dari 69.000 warga Palestina dilaporkan tewas, sementara lebih dari 81 persen bangunan hancur. Hampir seluruh penduduk Jalur Gaza juga terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya.

Baca juga : Gencatan Senjata di Gaza Belum Efektif, Israel Melanggar Perjanjian Puluhan Kali

Organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International, B’Tselem, dan Human Rights Watch juga menuduh Israel melakukan tindakan genosida.

Komposer sekaligus penulis lagu Julia Holter, yang turut bergabung dalam kampanye itu, mengatakan bahwa sebagai warga AS ia merasa memiliki keterhubungan dengan tragedi tersebut karena pendanaan militer Israel juga bersumber dari pajak rakyat AS.

Situs No Music for Genocide mencatat bahwa tiga label musik besar Amerika Sony Music, Warner Music Group, dan Universal Music Group pernah menghentikan operasional mereka di Rusia setelah invasi ke Ukraina dan menyatakan dukungan terhadap bantuan kemanusiaan. Karena itu, para pendukung kampanye menilai langkah serupa semestinya diterapkan untuk Palestina.

Bagi para seniman yang terlibat, No Music for Genocide bukanlah solusi akhir, tetapi mereka menilai aksi tanpa kekerasan ini sebagai bentuk perlawanan yang penting.***

Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *