Lomba Campursari di WSG Pakelan, Semarakkan Hari Ibu dengan Warisan Budaya

Lomba Campursari di WSG Pakelan, Semarakkan Hari Ibu dengan Warisan Budaya
Penampilan salah satu peserta (Bidu)

Kediri, LINGKARWILIS.COM – Warung Setono Gurih (WSG) Pakelan, Kota Kediri, menjadi pusat kemeriahan pada Lomba Menyanyi Campursari bertajuk Nawiji Roso.

Acara yang diadakan oleh Yayasan Rumah Budaya Kediri ini menjadi perayaan istimewa untuk memperingati Hari Ibu sekaligus menyambut Tahun Baru 2025. Suasana penuh semangat dan kehangatan tampak saat seni tradisional campursari dipentaskan, Kamis (9/1/2025).

Ketua panitia sekaligus pemilik Rumah Budaya, Rindu Rikat, menjelaskan WSG Pakelan memiliki atmosfer hangat yang sesuai untuk menampilkan seni tradisional.

Baca juga : Korea Utara Desak Penghentian Pembantaian yang Dilakukan Israel di Gaza

“Kami ingin melestarikan campursari sekaligus memberikan penghormatan kepada para ibu yang menjadi inspirasi utama acara ini.”katanya.

Yulanda, salah satu peserta dari grup Happy Song Kelurahan Ngronggo mengungkapkan rasa bangganya.

“Saya senang bisa turut melestarikan seni campursari yang penuh makna ini.” tuturnya.

Hal senada juga disampaikan Ariadi Santoso dari KBA Kandang Bungah Akademi Kelurahan Kaliombo.

Baca juga : Serangan Israel di Gaza Tewaskan 28 Warga Palestina dalam 24 Jam Terakhir

“Acara ini penting untuk mempertahankan seni tradisional dan memberikan kenyamanan bagi penonton untuk menikmati pertunjukan seni,” ucapnya.

Keunikan lain dari acara ini adalah keterlibatan Lembaga Pendidikan Charisma Management yang mengikutsertakan anak-anak penyandang disabilitas, menghadirkan dimensi keberagaman yang menjadi sorotan.

Kepala Disbudparpora Kota Kediri, Zachrie Ahmad, S.Sos., M.Si., yang hadir dalam acara tersebut, memberikan apresiasi tinggi.

“Kegiatan seperti ini adalah wujud nyata pelestarian budaya kita. Saya berharap semakin banyak acara serupa untuk mendorong generasi muda mencintai seni tradisional,” harapnya.

Acara ditutup dengan suasana kebersamaan, menegaskan tekad untuk terus menjaga eksistensi seni campursari dan kecintaan terhadap budaya lokal di Kota Kediri.***

Reporter: Agus Sulistyo Budi
Editor: Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *