LINGKARWILIS.COM – Mendekati peringatan Hari Santri Nasional yang dilaksanakan setiap 22 Oktober 2024, Kemenag telah merilis logo resmi dari momen bersejarah ini.
Meskipun memiliki desain sederhana, namun makna dan filosofi dibalik logo Hari Santri Nasional yang telah dibuat sangat mendalam.
Dibentuknya, peringatan Hari Santri Nasional sangatlah penting guna mengenang serta meneladani peran para santri jaman dahulu yang berjuang untuk NKRI.
Sebagai informasi, berikut ini makna dan juga filosofi dari logo Hari Santri Nasional yang telah dirilis oleh Kemenag pada Rabu (9/10).
20 Ucapan Selamat Hari Santri Nasional 2024 Penuh Makna, Bagikan ke Media Sosial
Makna dan Filosofi Logo Hari Santri Nasional 2024
Logo Hari Santri 2024 menampilkan dua tali yang saling melilit dengan kombinasi warna hijau pine dan emas. Pada bagian atas terdapat sebuah lingkaran berwarna merah. Jika diamati, dua tali yang melilit itu membentuk siluet seorang santri yang sedang berlari.
Ketika kedua tali dilihat secara terpisah, mereka membentuk huruf “S” dan “I,” yang menjadi simbol Santri Indonesia. Berikut adalah makna dari logo Hari Santri 2024 :
1. Santri berlari dengan tangan terangkat
Logo ini melambangkan santri yang berlari dengan tangan terangkat, yang mencerminkan semangat juang yang tak pernah padam.
Gerakan lari menggambarkan kemajuan dan dinamika, sedangkan tangan terangkat menunjukkan harapan, optimisme, dan tekad mencapai masa depan yang lebih baik.
Hal ini juga mencerminkan usaha kolektif untuk bangkit bersama, sesuai dengan semangat santri yang menekankan perjuangan, kerja sama, dan keteguhan hati.
Cara Membuat Cemilan Gurih Homemade untuk Teman Nonton Film, Ini Ada 3 Resep yang Bisa Dicoba!
2. Bentuk tali yang melilit
Tali yang saling melilit melambangkan keterhubungan dan kesinambungan, menggambarkan keberlanjutan serta hubungan antar generasi dalam meneruskan perjuangan dan nilai-nilai yang ditinggalkan oleh pendahulu.
Tali juga merepresentasikan persatuan, kekuatan yang terikat erat, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan masa depan.
3. Lingkaran berwarna merah
Lingkaran merah melambangkan pengorbanan yang berani, mengingatkan kita akan perjuangan para pahlawan yang telah mengabdikan diri tanpa pamrih demi masa depan yang lebih baik.
Kombinasi lingkaran dengan warna merah menunjukkan bahwa perjuangan dan semangat kebersamaan harus selalu berputar tanpa henti, membawa keberanian dan tekad untuk mencapai kesejahteraan di masa depan.
4. Kombinasi warna
a. Hijau Pine
Warna hijau sering diasosiasikan dengan harmoni, ketenangan, dan juga kedamaian.
Warna ini melambangkan pertumbuhan, kesuburan, dan spiritualitas, sejalan dengan peran santri dalam memperjuangkan nilai-nilai keagamaan dan perdamaian.
Hijau pine, yang lebih tenang dan elegan, mencerminkan keteguhan dan stabilitas, menggambarkan perjuangan santri yang dilakukan dengan kesabaran, konsistensi, dan keyakinan untuk terus berkontribusi dalam membangun masa depan yang baik.
b. Emas
Warna emas melambangkan kemuliaan, kejayaan, dan kesuksesan. Emas diasosiasikan dengan sesuatu yang bernilai tinggi dan dihargai, mewakili masa depan cerah yang ingin dicapai melalui semangat juang santri.
Emas juga mencerminkan prestasi dan pencapaian, menandakan bahwa perjalanan menuju kesejahteraan adalah tujuan yang berharga dan layak diperjuangkan dengan dedikasi tinggi.
Warna ini memberi kesan keagungan dan memperkuat makna spiritualitas serta nilai-nilai luhur dalam perjuangan.
Inspirasi Resep Cemilan Gurih Ala Chef Devina Hermawan, Bahannya Mudah Dicari Kok!
c. Merah
Merah melambangkan keberanian, semangat, dan tekad. Dalam konteks ini, merah mewakili semangat juang yang menyala, kekuatan untuk menghadapi rintangan, dan keberanian dalam melanjutkan perjuangan.
Merah juga menggambarkan pengorbanan dan komitmen untuk terus berjuang, mewakili santri sebagai generasi yang siap menghadapi segala tantangan demi mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam peluncuran logo yang dilaksanakan di JI-Expo Kemayoran Jakarta ini, Menag mengajak para santri untuk terus berjuang menuju masa depan yang lebih baik.
Penulis: Rafika Pungki Wilujeng
Editor: Shadinta Aulia Sanjaya