Sunarko, Mantan Sopir Bus, 30 Tahun Menekuni Usaha Tape Singkong, Kirim Dagangan Hingga Tulungagung

Sunarko, Mantan Sopir Bus, 30 Tahun Menekuni Usaha Tape Singkong, Kirim Dagangan Hingga Tulungagung
Sunarko dengan tape hasil produksinya yang sudah dikirim ke sejumlah daerah. (aziz)

Blitar, LINGKARWILIS.COM – Desa Bendowulung di Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, dikenal sebagai sentra produksi tape singkong. Salah satu pengrajin tape di desa ini adalah Sunarko, mantan sopir bus yang telah menjalani usaha ini selama lebih dari 30 tahun.

Sunarko, yang mewarisi usaha dari keluarganya, kini mengirimkan tape singkong tidak hanya ke Blitar Raya, tetapi juga ke daerah tetangga seperti Tulungagung.

Desa Bendowulung, terutama Dusun Pangkru, mudah ditemukan oleh siapa saja yang mencari tape singkong khas Kabupaten Blitar. Sunarko, salah satu produsen tape singkong, memulai usahanya pada tahun 1994.

“Usaha ini turun temurun. Buyut saya dulu juga membuat tape, dan saya melanjutkan hingga sekarang,” ungkapnya.***

Baca juga : Bejat, Seorang Pria di Kecamatan Purwoasri, Kediri, Cabuli Bocah Enam Tahun Tetangganya Sendiri, Begini Modusnya

Usaha tape Sunarko dikerjakan bersama keluarganya, termasuk istrinya, Siti Nafiah, serta beberapa tetangga. Proses pembuatan tape dimulai dengan membersihkan dan mengupas singkong, lalu direbus dan diangin-anginkan sebelum diberi ragi dan disimpan selama dua hari. “Setelah dua hari, tape siap dijual,” tambah Sunarko, ayah dari Oktavia Dwi Ramadani.

Awalnya, Sunarko hanya menjual singkong mentah, namun ia segera menyadari bahwa produksi tape lebih menguntungkan. Usaha tape di kampungnya juga berkembang pesat, dari hanya beberapa pengrajin menjadi puluhan saat ini.

Meski pernah mengalami masa sulit dan sempat berhenti pada tahun 2007 karena usahanya sepi, Sunarko kemudian bekerja sebagai sopir bus di Kalimantan selama tujuh tahun.

Baca juga : Warga Balowerti Kota Kediri Geger, Kakak Aniaya Adik Hingga Tewas,  Polisi Masih Buru Pelaku

Namun, pada akhirnya ia kembali ke usaha tape, melestarikan tradisi keluarganya. Ketekunan Sunarko membuahkan hasil, dan usahanya berkembang pesat hingga mampu mengajukan pinjaman modal untuk mengangkut bahan baku singkong dari Gandusari, pusat tanaman singkong berkualitas di Blitar.

Dalam sehari, Sunarko membutuhkan sekitar 3 kuintal singkong. Kini, ia tak lagi menggunakan sepeda motor untuk mengangkut singkong, tetapi sudah memiliki armada pikap. “Alhamdulillah, omzetnya cukup besar,” ujar pria berambut cat merah ini.

Selain mempertahankan usaha warisan keluarganya, Sunarko juga merasa bangga karena usahanya bisa menghidupi keluarganya.***

Reporter : Aziz Wahyudi

Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *