Daerah  

Tukang Rosok, Warga Sukorejo Blitar Tewas Tertabrak KA, Ternyata Karena Budek

Tukang rosok dan pemulung sampah ini tewas setelah tertabrak kereta api
Petugas saat hendak mengevakuasi korban (aziz)
Blitar, LINGKARWILIS.COM  – Mujiono (47), seorang warga Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, mengalami nasib tragis. Tukang rosok dan pemulung sampah ini tewas setelah tertabrak kereta api pada Minggu (7/7) sekitar pukul 18.25.
Kejadian ini terjadi di rel kereta api kilometer 124+3 yang berada di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo.

Menurut Kepala Seksi Humas Polres Blitar Kota, Iptu Samsul Anwar, korban meninggal setelah tertemper kereta api Malabar yang beroperasi jurusan Malang-Bandung.

“Korban setiap hari menumpuk sampah,” katanya, Senin (08/7).

Baca juga : Sebanyak 3 Kelompok Kesenian Jaranan Suguhkan Penampilan Terbaik dan Juarai Festival Jaranan Kota Kediri, Kadisbudparpora Berharap Bisa Semakin Kreatif

Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, saat kejadian korban sedang memilah sampah di sisi selatan rel kereta api. Saat tengah asyik memilah sampah, korban tidak menyadari bahwa kereta Malabar melaju dari arah timur dengan kecepatan tinggi.

Masinis kereta sudah berulang kali membunyikan klakson, namun tidak direspon oleh korban. Akhirnya, kereta dengan nomor lambung 121 menabrak tubuh korban hingga terpental, menyebabkan korban meninggal dunia di tempat. Diketahui belakangan bahwa pendengaran korban berkurang alias budek.

Setelah mengetahui kejadian tersebut, masinis menghentikan kereta sekitar 500 meter dari lokasi kejadian untuk memeriksa rangkaian kereta dan melaporkan kepada petugas di Stasiun Blitar untuk tindak lanjut.

“Selanjutnya petugas Stasiun Blitar menuju TKP dan memberitahukan Polsek Sukorejo untuk memeriksa kondisi korban,” tambah Iptu Samsul Anwar.
Korban ditemukan terlempar di sisi selatan rel dalam keadaan tengkurap dan sudah meninggal dunia, dengan luka pada kepala yang mengeluarkan darah akibat benturan.
Analisa polisi menunjukkan bahwa tempat kejadian berada jauh dari palang pintu perlintasan kereta api, sekitar 200 meter. Sehari-hari, korban memang dikenal sebagai tukang sampah yang sering memilah sampah di area tersebut.***
Reporter : Aziz Wahyudi
Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *