Anggaran Penanganan Stunting di Blitar Menyusut, Pemkab Fokus Efisiensi dan Edukasi Gizi

Anggaran Penanganan Stunting di Blitar Menyusut, Pemkab Fokus Efisiensi dan Edukasi Gizi
Ilustrasi stunting

Blitar, LINGKARWILIS.COM – Pemerintah Kabupaten Blitar menghadapi tantangan baru dalam upaya menekan angka stunting setelah anggaran penanganannya mengalami penurunan drastis pada tahun 2025. Dari sebelumnya mencapai Rp 375 miliar, kini hanya tersedia Rp 92 miliar.

Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Litbang Kabupaten Blitar, Lila Erayunia, menjelaskan bahwa pengurangan anggaran ini merupakan dampak dari kebijakan efisiensi nasional. “Bukan hanya Blitar, pengurangan ini terjadi di seluruh daerah akibat kebijakan penghematan secara nasional,” ujar Lila pada Senin (16/6/2025).

Dengan keterbatasan dana tersebut, Pemkab Blitar harus bekerja lebih ekstra. Target penurunan stunting tetap harus tercapai, meski dana yang tersedia lebih sedikit. Tahun 2023, prevalensi stunting di daerah ini tercatat sebesar 20,3 persen dan berhasil ditekan menjadi 17,8 persen di tahun 2024.

Baca  juga : Satpol PP Kota Kediri Gencarkan Razia Anjal, Gepeng dan Manusia Silver, Sejumlah Pengamen Kabur Saat Digerebek

Lila menambahkan, saat anggaran masih normal, ada sekitar 58 kegiatan yang dijalankan untuk menangani stunting. Namun, dengan anggaran yang berkurang, kegiatan hanya bisa dilakukan untuk 40 program.

Sementara itu, Subko Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Etti Suryani, menyampaikan bahwa penurunan angka stunting memang sudah terlihat, tetapi masih butuh kerja keras untuk mencapai target ideal di bawah 14 persen.

“Iya, kita mengalami penurunan sebesar 4,2 poin. Tapi yang masih jadi perhatian, sekitar 48 persen balita di Jawa Timur, termasuk di Blitar, masih mengonsumsi makanan yang tidak sehat,” ungkap Etti.

Baca juga : Persik Kediri Lepas Tiga Pemain, Abiyoso hingga Fane Tak Lagi Berseragam Macan Putih

Menurutnya, konsumsi makanan instan, berpengawet, dan mengandung zat pewarna buatan menjadi faktor yang memengaruhi kualitas gizi anak. Untuk itu, pihaknya mendorong edukasi gizi di tingkat keluarga.

“Peran ibu sangat penting. Mereka perlu dibekali pengetahuan soal gizi seimbang dan pemberian makanan yang sesuai usia balita. Makanan sehat harus jadi prioritas,” jelasnya.

Dinas Kesehatan juga berkomitmen memperkuat kerja sama lintas sektor, mulai dari pemerintah desa, kader kesehatan, hingga OPD terkait, guna menyukseskan program penanggulangan stunting secara menyeluruh.***

Reporter: Aziz Wahyudi

Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *