Menurut Suharyanto, curah hujan tinggi menjadi faktor utama yang memicu bencana banjir. Melalui modifikasi cuaca, BNPB berupaya mengurangi intensitas hujan agar debit air yang mengalir ke sungai tidak meluap secara ekstrem. “Operasi ini bukan menghentikan hujan, tetapi mengurangi intensitasnya sehingga tidak menyebabkan tanggul kembali jebol,” jelasnya kepada wartawan.
Suharyanto juga memberikan apresiasi terhadap langkah sigap Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang berencana membangun tanggul darurat. Selain itu, ia mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang bergerak cepat menangani keadaan darurat pasca-banjir.
Baca juga : Jelang Nataru, Pemkab Kediri Pastikan Ketersediaan Bahan Pokok Aman, Warga Diimbau Tidak Panic Buying
“Seluruh kebutuhan pengungsi sudah terpenuhi, termasuk penanganan awal dari Pemprov Jatim dan Pemkab Ponorogo. Ini patut diapresiasi,” ujarnya
Dalam dialog dengan para pengungsi, Suharyanto menyampaikan bahwa mayoritas warga berharap tanggul yang jebol segera diperbaiki agar mereka bisa kembali ke rumah dengan aman. BNPB memastikan kebutuhan dasar para pengungsi, seperti makanan, air bersih, dan peralatan evakuasi, terus terpenuhi selama masa tanggap darurat.
“Kami juga menyediakan perahu karet dan peralatan darurat lainnya untuk membantu proses evakuasi,” tambahnya.
Baca juga : Bawaslu Kota Kediri Evaluasi Kinerja, Pilkada 2024 Berjalan Lancar dan Efektif
Diketahui, banjir di Kabupaten Ponorogo merendam tujuh kecamatan, yaitu Sawoo, Sambit, Siman, Mlarak, Jetis, Balong, dan Ponorogo Kota. Ratusan warga terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman akibat bencana tersebut.
Dengan adanya modifikasi cuaca dan perbaikan tanggul, diharapkan risiko banjir susulan dapat ditekan, dan kehidupan warga segera kembali normal.***
Reporter: Sony Dwi Prastyo
Editor : Hadiyin