LINGKARWILIS.COM – Beberapa kecamatan di Kabupaten Tulungagung menjadi daerah rentan terhadap bencana hidrometeorologi selama musim hujan. Sebagai bentuk kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung telah menetapkan status siaga bencana di beberapa wilayah.
Robinson Nadeak, selaku Kepala Pelaksana BPBD Tulungagung, menjelaskan bahwa hujan dengan intensitas sedang mulai mengguyur Kabupaten Tulungagung.
Kondisi tersebut, menurutnya akan meningkatkan risiko terjadinya bencana hidrometeorologi di sejumlah lokasi. Sebagai langkah pencegahan, BPBD Tulungagung telah menerbitkan surat edaran tentang status siaga bencana yang telah mendapat persetujuan dari Sekretaris Daerah Tulungagung.
Robinson juga menyampaikan dampak bencana saat ini masih terbatas, seperti angin puting beliung yang merusak 95 rumah tetapi apabila situasi memburuk, status tersebut akan dinaikkan menjadi darurat bencana.
Dua Narapidana Terorisme Dipindahkan ke Lapas Tulungagung, Pengamanan Diperketat
Selama musim hujan, wilayah Tulungagung berisiko mengalami bencana seperti tanah longsor, banjir, dan angin puting beliung.
Menurut hasil pemetaan, daerah yang sering mengalami tanah longsor adalah Kecamatan Sendang dan Pagerwojo. Sementara itu, banjir biasanya melanda Kecamatan Campurdarat, Besuki, dan Bandung.
Untuk angin kencang, potensi terbesar berada di Kecamatan Boyolangu, Kalidawir, Sumbergempol, Ngunut, dan Rejotangan, meskipun beberapa kejadian juga tercatat di Kecamatan Sendang dan Pagerwojo bulan ini.
Secara keseluruhan, ada 10 kecamatan di Tulungagung yang dianggap rentan terhadap bencana hidrometeorologi. Robinson mengingatkan bahwa bencana bisa terjadi di lokasi mana saja, tidak terbatas pada wilayah yang telah dipetakan.
7 Ide Resep Kue Nikmat ala Chef Martin Praja, Cocok untuk Suguhan Tamu dan Camilan Keluarga!
Sebagai upaya antisipasi, ia meminta masyarakat, khususnya yang tinggal di area rawan, untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya.
Langkah-langkah pencegahan dan bantuan juga telah dipersiapkan oleh BPBD, termasuk menyediakan 100 bronjong untuk mencegah longsor serta bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dalam normalisasi aliran sungai guna mengurangi risiko banjir.
Robinson menegaskan bahwa kewaspadaan perlu dijaga oleh semua pihak, mulai dari masyarakat hingga pemerintah di setiap tingkat, baik desa, kecamatan, maupun kabupaten, agar dampak bencana dapat diminimalkan.