Jakarta, LINGKARWILIS.COM – Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menyatakan bahwa hilal belum terlihat pada akhir Dzulhijjah 1446 H, sehingga awal bulan Muharram 1447 H kemungkinan jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025.
Dilansir dari laman NU.or.id, hasil hisab LF PBNU yang dilakukan pada Selasa (25/6/2025) menunjukkan bahwa posisi hilal masih berada di bawah ufuk, dengan ketinggian -1° 42’ 33” di lokasi pengamatan Gedung PBNU, Jakarta. Sementara itu, ijtimak atau konjungsi bulan terjadi pada pukul 17.43 WIB.
“Data menunjukkan bahwa hilal belum memenuhi kriteria imkanur rukyah, yang mensyaratkan ketinggian lebih dari 3 derajat dan elongasi lebih dari 6,4 derajat,” tulis LF PBNU dalam keterangan resminya.
Baca juga : Rusia Peringatkan AS agar Tak Ikut Campur dalam Perang Antara Iran dan Israel
Hal serupa juga disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berdasarkan data BMKG, pada 25 Juni 2025 ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia masih di bawah 1 derajat, berkisar antara -3,43° di Merauke hingga 0,22° di Sabang.
Sementara itu, elongasi geosentris berada pada kisaran 4,9° hingga 5,05°, yang juga belum memenuhi kriteria visibilitas hilal.
Namun, pada keesokan harinya, Kamis 26 Juni 2025, hilal diperkirakan sudah berada pada ketinggian 9,95° hingga 12,99°, dengan elongasi mencapai 13° lebih. Ini berarti pada hari tersebut hilal akan terlihat secara kasat mata di sebagian besar wilayah Indonesia.
Dengan demikian, besar kemungkinan awal bulan Muharram 1447 H akan ditetapkan jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025. Keputusan resmi akan diumumkan melalui sidang isbat pemerintah bersama ormas Islam dan lembaga terkait.
Langkah ini diharapkan menjadi rujukan masyarakat dalam memulai tahun baru Islam secara serentak dan sesuai dengan hasil rukyah maupun hisab ilmiah. ***
Editor : Hadiyin