LINGKARWILIS.COM – Kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus di Tulungagung menunjukkan penurunan sepanjang tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, jumlah korban jiwa yang diakibatkan oleh kecelakaan ini tidak berubah, tetap berada di angka yang sama.
Kasatlantas Polres Tulungagung, AKP Taufik Nabila, mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang dimilikinya, jumlah kecelakaan bus pada tahun 2024 tercatat sebanyak sembilan kasus, lebih sedikit dibandingkan 14 kasus pada tahun 2023. Namun, jumlah korban jiwa pada kedua tahun itu tetap sama, yakni tiga orang.
“Secara jumlah kasus, ada penurunan. Tapi untuk korban jiwa, angkanya masih relatif sama antara tahun 2023 dan 2024,” jelas AKP Taufik Nabila pada Jumat (17/1/2025).
Ia merinci, jumlah korban luka ringan akibat kecelakaan bus pada 2023 mencapai 13 orang dengan kerugian material sekitar Rp 32 juta. Sementara di 2024, jumlah korban luka ringan menurun menjadi 10 orang, namun kerugian material meningkat menjadi Rp 45 juta.
Mayoritas kasus kecelakaan bus pada 2024 diselesaikan melalui pendekatan **restorative justice (RJ)**, sehingga hanya satu kasus yang berlanjut ke proses pidana dengan menetapkan satu tersangka.
Dari segi lokasi, kecelakaan bus pada 2023 tersebar di Kecamatan Kota, Ngantru, Kedungwaru, Boyolangu, Pakel, dan Gondang. Sedangkan pada 2024, kasus terjadi di Kecamatan Kota, Sendang, Kedungwaru, Ngantru, Sumbergempol, dan Gondang.
Dua perusahaan otobus (PO) besar, yakni Harapan Jaya dan Bagong, tercatat sebagai penyumbang kasus kecelakaan bus terbanyak di Tulungagung. Kedua PO ini dikenal sering melanggar aturan dengan gaya berkendara ugal-ugalan.
Waduh! Kandang Ayam di Tulungagung Hangus Terbakar, Kerugian Capai Rp 100 Juta
“Di tahun 2023, PO Harapan Jaya terlibat kecelakaan ssbanyak 7 kali dengan 1 korban jiwa, kalau PO Bagong 4 kali dengan 1 korban jiwa. Sedangkan di tahun 2024, PO Bagong mengalami laka ssbanyak 5 kali dengan 2 korban jiwa, dan PO Harapan Jaya 3 kali laka dengan 1 korban jiwa,” pungkasnya
Meski kasus kecelakaan menurun, evaluasi terhadap pengelolaan transportasi bus dan perilaku pengemudi tetap menjadi pekerjaan rumah yang perlu ditangani guna menekan angka kecelakaan dan dampaknya di masa depan.