Larung sesaji berupa buceng dan hasil bumi ini merupakan ungkapan rasa syukur warga sekitar Telaga Ngebel atas hasil bumi yang melimpah serta menjadi tradisi leluhur. Sebelum dilarung ke tengah telaga oleh juru kunci, buceng setinggi dua setengah meter tersebut diarak mengelilingi pinggir telaga.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, yang hadir dalam larung sesaji tersebut, mengatakan bahwa acara ini dimaksudkan untuk menguri-nguri (menjaga) budaya dan tradisi yang ada di wilayah wisata Telaga Ngebel, yang sudah ada sejak zaman dulu.
“Pertama, larungan ini kita nguri-nguri budaya. Kedua, jangan dipahami mistik. Kita sedekah tidak hanya kepada manusia saja tetapi juga semua makhluk ciptaan Allah SWT seperti ikan di dalam telaga ini,” ungkap Bupati Sugiri Sancoko kepada wartawan.
Bupati Sugiri juga menambahkan bahwa selama ini kawasan Ngebel selalu memiliki kekayaan alam dan hasil bumi yang melimpah.
“Ngebel memiliki daya tariknya sendiri, baik alamnya maupun hasil buminya. Memang sudah selayaknya kita harus takdim dan bersyukur atas hasil yang kita dapat dari Ngebel,” imbuhnya.
Bupati Ponorogo juga berharap bahwa memasuki tahun baru 1 Muharram dapat menjadi momen introspeksi diri. Segala kesalahan di masa lalu dapat menjadi arah perbaikan untuk menatap masa depan demi menjadikan Ponorogo lebih hebat.
“Hari ini kita juga mengajak seluruh lapisan masyarakat, termasuk kalangan anak muda, untuk menjaga dan melestarikan tradisi yang ada,” pungkasnya.***
Editor : Hadiyin