Myanmar, LINGKARWILIS.COM – Sekitar 60.000 warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dalam dua bulan terakhir, menghindari eskalasi konflik antara pemerintah junta Myanmar dan Tentara Arakan.
Penasihat Urusan Luar Negeri Bangladesh, Md. Touhid Hossain, menyatakan bahwa meski negara tersebut pada prinsipnya tidak mengizinkan lebih banyak pengungsi Rohingya, situasi darurat terkadang memaksa Bangladesh untuk membuka pintu.
“Kami tidak punya pilihan lain, dan dalam situasi seperti ini, kami mengizinkan mereka masuk,” ungkap Hossain dalam sebuah wawancara seperti dilansir Minanews pada Ahad (22/12).
baca juga : Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan Tujuh Warga Sipil, Puluhan Luka-luka
Hossain menjelaskan bahwa meskipun warga Rohingya yang masuk tidak diterima secara resmi, mereka menggunakan jalur-jalur yang tidak terdeteksi. Bangladesh telah menghadapi lonjakan jumlah pengungsi Rohingya sejak Agustus 2017, ketika lebih dari satu juta Muslim Rohingya melarikan diri dari kekerasan militer Myanmar.
Mengenai hal ini, Hossain turut mengungkapkan bahwa ia telah mengadakan pertemuan konsultasi informal dengan perwakilan beberapa negara tetangga, termasuk Laos, Thailand, India, China, dan Myanmar, untuk membahas krisis ini.
Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sangiampongsa, Hossain menegaskan bahwa Bangladesh tidak akan menerima gelombang pengungsi Rohingya lebih lanjut. “Kami harus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk menghentikan gelombang ini,” tegasnya.
Baca juga : Pasukan Perdamaian PBB Copot Bendera Israel di Dataran Tinggi Golan Suriah
Pemerintah Myanmar, yang diwakili oleh penjabat Menlu U Than Swe, diminta untuk menyelesaikan permasalahan domestik mereka melalui dialog dengan semua pihak terkait, mengingat situasi di negara bagian Rakhine yang semakin dikuasai oleh Tentara Arakan.
Namun, Hossain menilai bahwa kemungkinan untuk melakukan pembicaraan formal dengan kelompok yang kini menguasai wilayah di sepanjang perbatasan Myanmar-Bangladesh adalah hal yang tidak mungkin. “Kami tidak bisa terlibat dengan aktor non-negara,” ujarnya, menambahkan bahwa Myanmar harus mencari cara untuk menyelesaikan masalah perbatasan dan pengungsi Rohingya secara internal.
Hingga saat ini, Bangladesh menampung lebih dari 1,2 juta pengungsi Rohingya di wilayah Cox’s Bazar. Infiltrasi Rohingya ke Bangladesh juga sering kali diwarnai dengan masalah korupsi, di mana beberapa individu mengambil keuntungan dari membantu pengungsi menyeberangi perbatasan.***
Editor: Hadiyin